welcome

WELCOME TO PARA PENCARI ILMU.SITUS INI BERISI TENTANG; ILMU PENGETAHUAN, MAKALAH ILMIAH, ILMU TAJWID, KEISLAMAN, DLL.

Tuesday, March 8, 2016

TUGAS MAKALAH TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 6 - 7



TUGAS MAKALAH
TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 6 - 7





Disusun Oleh       : Ahmad Khoiri                     (1522010033)
                   Mohamad Nursholihin       (1522010130)
                   Suhadak rofiq                     (1522010131)
Semester              : I (Satu)
Mata Kuliah        : Tafsir Tarbawy
Dosen                   : Dr. Umi Hijriyah, M.Pd.
                   Dr. H. Ainul Gani, SH., M.Ag





PRODI ILMU TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
2015







KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah swt, kami mampu menyelesaikan penulisan makalah tentang Tafsir Surat Luqman Ayat 6-7”.
Makalah  ini ditulis dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah Tafsir Tarbawi, dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap maksud dari surat Luqman Ayat 6-7.
Harapan kami, semoga setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin memahami tentang Tafsir Surat Luqman Ayat 6-7.
Penulis  menyadari bahwa dalam penulisan  makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala kekurangan.

Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh


Bandar Lampung, oktober 2015













BAB I
PENDAHULUAN

Al-Quran adalah “Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al-Quran adalah sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat manusia maka diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan riwayat yang disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
Dalam pembahasan Al-Quran sebagai kumpulan wahyu Allah SWT, maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Luqman ayat 6-7 yang menjelaskan tentang haramnya nyayian musik yang sudah menjadi hiburan manusia jikala sedang setres, galau, dan bosan terhadap sesuatu,dan itu sudah menjadi tradisi masyarakat umum.
Namun ada hadits shahih Muslim meriwayatkan, ketika Abu sa'id bersama rasulullah, tiba2 datang seorang penyair bernyanyi, maka rasulullah bersabda, tangkap syetan itu. Sesungguhnya perut yang dipenuhi muntah lebih baik dari perut yang dipenuhi syair.Terbukti saat ini banyak orang yang lebih suka mendengar musik-musik ketimbang mendengarkan alquran, bahkan lebih suka mendengar gambus berbahasa arab meski tidak faham maknanya,ketimbang  mendengar      alqur'an.          
Mari kurangi asupan musik di telinga kita dan perbanyak mendengarkan alquran
meski tidak faham artinya tetap akan memberi efek positif kepada jiwa.
Contoh kasus banyak terjadi dalam proses ruqyah, manusia yang diganggu jin akan merasa "panas" jika dibacakan ayat alquran dengan baik, meskipun si manusia dan jin tidak faham makna ayat yang dibacakan. Alquran adalah mukjizat rasulullah, sedangkan musik berasal dari setan. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua bisa memahami kandungan dalam Al qur an, sebagai petunjuk umat manusia sedunia.








BAB II
PEMBAHASAN


A. Teks Surat Luqman Ayat 6-7
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
B. Terjemahan Surat Luqman Ayat 6-7
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan(6). Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih(7)”.
C. Mufradat/Kosa Kata     
Dan apabila dibacakan kepadanya
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ
dan di antara manusia
وَمِنَ النَّاسِ
ayat-ayat Kami
آيَاتُنَا
Membeli
يَشْتَرِي
berpaling dengan menyombongkan diri
وَلَّى مُسْتَكْبِرًا
Perkataan
لَهْوَ الْحَدِيثِ
seolah-olah dia belum mendengarnya
كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا
Untuk menyesatkan
لِيُضِل
seakan-akan di kedua telinganya
كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ
Dari
عَنْ
tersumbat
وَقْرًا
Jalan Allah
سَبِيلِ اللَّهِ
kabar gembira
فَبَشِّرْهُ
Tanpa ilmu  
بِغَيْرِ عِلْمٍ
dengan azab yang pedih
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan mengambilnya
وَيَتَّخِذَهَا


olok olokkan
هُزُوًا


mereka
أُولَئِكَ


Bagi mereka azab 
لَهُمْ عَذَابٌ


Hina
  مُهِينٌ


D. Sekilas Tentang Qur’an Surat Luqman
Surat Luqman termasuk surat Makiyah yang termasuk turun pada periode Mekkah belakangan. Surat ini terdiri dari 34 ayat dan diturunkan setelah surat As-Shoffat. Penamaan surat ini sudah sepantasnya, karena nama dan nasehat Luqman yang begitu mulia diuraikan dalam surat ini, khususnya karena pada ayat ke-12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah Hikmah berupa ilmu pengetahuan, dan nasehat-nasehatnya yang terdapat dalam ayat ke-13-19 sarat dengan pelajaran bagi orang tua agar dapat mendidik anaknya seperti prinsip-prinsip pendidikan yang dulakukannya.[1] Berkaitan dengan Qur’an Surat Luqman ini, sebagai pengantar dari gambaran surat ini, ada empat hal yang dirasa perlu unutk diuraian, yakni perdebatan mengenai asal-usul sosok Luqman, kandungan dari surat Luqman, asbabun nuzulnya, dan menusabah (keserasian) surat Luqman dengan Surat sebelumnya dan antar ayat-ayatnya.
1.             Perdebatan asal-usul sosok Luqman
Banyak riwayat yang menerangkan asal-usul Luqman, di mana antara satu riwayat dengan riwayat yang lain tidak ada persesuaian, termasuk apakah nama tersebut merupakan nama arab atau bukan (‘ajam). Menurut Makki Bin Thalib Al-Qaisi: “ Luqman adalah nama konkret (isim ma’rifah) dengan dua tambahan  (alif dan nun ) sehingga tidak dapat menerima tanwin seperti kata “Ustman” di mana Luqman ini bisa jadi berasal dari nama non-arab (‘ajam). Akan tetapi, menurut penjelasan Muhammmad Bin Ali Bin al-Syaukani, ada ulama berpendapat bahwa ia adalah nama non-arab, karena tidak menerima ta’rif. Sedangkan yang menamakan nama Arab, maka tidak dapat dima’rifatkan dan tidak dapat ditambah alif dan nun”. Adapun menurut Ibn Ba’ura yang dinukil oleh Abi al-Fadhl Syihab Al-Din Mahmud al-Alusi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa: “ Luqman adalah nama ‘ajam (bukan Arab) yang diambil dari kata Al-Laqam”.[2]
Para ulama pun kemudian berbeda penafsiran tentang siapa yang dikehendaki dengan Luqman pada ayat tersebut. Di antaranya adalah penjelasan Abi Al-Qasim Jar Allah Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi, sebagaimana dikutip oleh al-Zamakhsyari dalam kitabnya menyatakan:
·         Menurut Muhammad Ishaq yang dimaksud Luqman dalam ayat tersebut adalah Luqman Bin Ba’ura bin Nahur Bin Tarikh, yaitu merupakan Azar anaknya bapak Ibrahim.
·         Menurut al-Suhaili, Luqman dimaksud adalah Luqman bin Anqa’ bin sarwan dari bangsa Naubi penduduk Ilih..
·         Menurut Imam Wahab: Luqman bin Ukht Ayyub.
·         Menurut Imam Muqatil : Luqman bin Khalat Ayyub.
·         Menurut Al-Zamakhsyari: Luqman bin Ba’ura Ayyub atau Bin ibn Khalatuh.
·         Dikatakan pula: Luqman salah satu anak dari azar yang hidup seribu tahun dan menemui nabi Dawud as. Dan berguru kepadanya.[3] Ia hidup semasa Nabi Daud a.s., karena kebijaksanaannya Luqman dijuluki al-Hakim.[4]
Dalam sumber yang lain disebutkan, Luqman yang arif yang namanya dipakai untuk nama surah ini, termasuk tradisi Arab. Sedikit sekali yang diketahui mengenai kehidupannya. Biasanya ia dikaitkan dengan umur yang panjang, dan dijuluki Mu’amar ( yang panjang umur). Ada yang menyebut ia hidup di zaman  kaum Ad. Dia merupakan contoh kebijaksanaan yang lengkap. Disebutkan bahwa dia berasal dari masyarakat bawah, sebagai seorang budak atau tukang kayu, dan bahwa dia menolak kekuasaan duniawi dan kerajaan.[5]
As-Suyuthi dalam kitabnya, ad-Durrul Manstur, sebagaimana dikutib oleh Shalah Al-Khalidy, menceritakan bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan Habsy Najr. Ia bekerja sebagai tukang kayu, bertubuh kecil, berhidung mancung, pandai bersilat lidah, berkaki lebar dan allah memberikan kepadanya hikmahbkepadanya, tetapi bukan kenabian. Ia juga termasuk pemuka di negeri Sudan dan Ethiopia.[6]
Diceritakan pula bahwa Luqman adalah salah seorang anak “Azur” yang hidup selama seribu tahun. Dialah yang member fatwa kepada manusia sebelum diutusnya Nabi Dawud a.s. ketika nabi Dawud a.s. datang, ia menghentikan fatwanya.[7] Dalam tafsir yang lain, disebutkan bahwa Luqman merupakan nama seorang yang saleh dan sangat bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat tentang dirinya apakah ia seorang nabi tau seorang yang saleh yang sangat bijak. Mayoritas ulama memilih keduanya. Sementara para ahli tafsir juga berbeda pendapat  tentang masa hidupnya. Ada yang mengatakan bahwa Luqman hidup pada masa nabi Dawud a.s.. Yang lain mengatakan ia adalah anak saudara perempuam nabi Ayyub as. Yang lainnya mengatakan anak bibi nabi Ayyub as. Para ulama juga berbeda pendapat tentang pekerjaannya. Ada yang mengatakan ia seorang penjahit, tukang kayu, atau penggembala kambing.[8]
Adapun masa hidupnya, menurut ulama, berkisar di antara masa Nabi Isa as. Dan nabi Muhammad Saw. pendapat lainnya adalah ia adalah anak Kuisy bi Syam bin Nuh yang dilahirkan di zaman kerajaan Dawud, dan hidup sampai zaman Nabi Yunus. Sementara mengenai makam Luqman, menurut keretangan Al-Shuyuti berada di Ramalah, yaitu nama tempat antara masjid Ramalah dan pasarnya, dimana terdapat makam tujuh puluh nabi setelah Luqman. Dikatakan dalam kitab Fath al-Rahman bahwa kuburan Luqman berada di daerah Syarfandi,yaitu daerah di luar kota Palestina yang terletak di antara Syam dan Mesir.[9]
Luqman memberikan nasehat bagi anaknya yang bernama Tsaran, mereka penduduk biasa dari Habasyah (Ethiopia). Dalam sebuat kitab tafsir diceritakan bahwa Luqman adalah seorang budak, ciri-ciri tubuhnya sama seperti orang Ethiopia lainnya yang kebanyakan berkulit hitam legam dan berbibir tebal. Tetapi Allah tak pernah melihat dari bentuk fisik. Hati Luqman memancarkan cahaya iman dan keagungan seorang manusia. Kejernihan hidup tergambar di balik rendah martabatnya sebagai budak. Sebenarnya nasehat Luqman yang terdapat dalam Al Qur'an itu hanyalah nasehat kepada anaknya sendiri. Tetapi Allah mengabadikan dalam Al Qur'an agar setiap umat belajar dari apa yang dilakukan Luqman. Karena nasehat pada anak adalah sangat penting untuk membentuk karakter dan perwatakan sebagai bekal  kehidupan kelak.
Menurut Shalah al-Khalidy, terlepas dari semua pendapat riwayat tentang sosok Luqman, menyangkut asal-usulnya, masa hidupnya, akhir petualangannya, nama anaknya, apakah ia seorang Nabi atau bukan, bahwa berbagai riwayat tersebut lebih tepat disikapi dengan tawaquf, karena tidak akan diperoleh pengetahuan, kegunaan dan faedahnya.[10] Yang jelas adalah bahwa Luqman merupakan seorang hamba yang telah dianugerahi oleh Allah sebuah Hikmat, mempunyai akidah yang benar, memahami pokok agama Allah dan mengetahui Akhlak yang mulia. Namanya disebut dalam al-Qur’an sebagai salah seorang dari orang-orang yang senantiasa menghambakan diri kepada-Nya.[11]

2. Kandungan Surat Luqman
Menurut Ali Ash-Shabuni, kandungan Surat Luqman banyak mencakup masalah-masalah akidah dan dasar-dasar keimanan seperti keesaan, kenabian, hari kebangkitan dan tempat kembali, serta perintah untuk berdakwah dengan kata-kata yang bijak. Surat ini juga memuat hikmah dan nasehat-nasehat dalam kisah Luqman bersama anaknya, karena itu surat ini disebut Surat Luqman. Surat ini diawali dengan penjelasan tentang fadilah (keutamaan) Al Qur’an, mukziat Muhammad yang abadi, sepanjang zaman, dengan memberikan hujjah-hujjah dan bukti-bukti atas keesaan rabul’Alamain, menjelaskan beberapa kekuasaannya dan ciptaan-nya yang menakjubkan di alam semesta yang luas ini, yang hukum-hukumnya pasti dan tepat. Yaitu hukum yang melekat langit, bumi, matahari, bulan, siang, malam, gunung-gunung, lautan, gelombang, hujan, tumbuh-tumbuhan maupum pepohonan, serta seluruh bukti-bukti kekuasaan dan keesaan yang dapat di saksikan oleh manusia, yang memikat hati dan memperkaya akal serta mengarahkan manusia agar berjalan lurus ke depan, dengan senantiasa menyerahkan diri kepeda kekuasaan Allah, Sang Pencipta Yang Maha Besar.[12] Allah Swt. Berfirman,
t,n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( 4s+ø9r&ur Îû ÇÚöF{$# zÓźuru br& yÏJs? öNä3Î/ £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. 7p­/!#yŠ 4 $uZø9tRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oY÷Gu;/Rr'sù $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 8l÷ry AOƒÍx. ÇÊÉÈ   #x»yd ß,ù=yz «!$# ÎTrâr'sù #sŒ$tB t,n=y{ tûïÏ%©!$# `ÏB ¾ÏmÏRrߊ 4 È@t/ tbqßJÎ=»©à9$# Îû 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇÊÊÈ  
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkanpadanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang teleh diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah sebenarnya orang-orang yang zhalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (Luqman;10-11)


Ayat selanjutnya menjelaskan tentang wasiat-wasiat yang berharga yang diwasiatkan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya. Dalam setiap wasiat tersebut terdapat pelajaran dan hikmah yang berharga. Luqman berbicara dengan kalimat yang penuh hikmah dan menakjubkan. Oleh sebab itulah dirinya diberi gelar Luqmanul Hakim dan terkenal dengan kebijaksanaannya sehingga perkataanya disebut sebagai qaulul fashl.[13] Allah Swt berfirman,
s)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ  
“Dan sesungguhnya kami telah berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, ‘Bersukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersykur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.’”(Luqman: 12)

Kemudian surat ini menjelaskan tentang dalil-dalil yang tepat dan bukti-bukti yang kuat atas keesaan Allah Swt. dan mengingatkan bahwa adanya ciptaan menunjukkan adanya Sang Pencipta, dan adanya mahluk menunjukkan adanya khaliq. Allah mempunyai  nikmat yang banyak yang jumlahnya tidak terhitung, mulai dari penciptaan langit yang di dalamnya ada matahari, bulan, bintang, udara dan hujan, hingga penciptaan bumi yang di dalamnya ada hewan, tumbuh-tumbuhan, barang tambang, lautan, sungai dan sebagainya dalam rangka untuk menegaskan kekuasaan dan keesaan-Nya.[14] Allah Swt berfirman,
Os9r& (#÷rts? ¨br& ©!$# t¤y Nä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# x÷t7ór&ur öNä3øn=tæ ¼çmyJyèÏR ZotÎg»sß ZpuZÏÛ$t/ur 3 z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAÏ»pgä Îû «!$# ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ Ÿwur Wèd Ÿwur 5=»tGÏ. 9ŽÏZB ÇËÉÈ  

 “Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentigan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang ( keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangaan.” (Luqman:20)

Akhirnya, surat ini ditutup dengan penjelasan tentang ilmu Allah yang menyeluruh, yang meliputi seluruh alam semesta, menjelaskan tentang kebesaran dan keagungan-Nya, yang memiliki kekhususan yaitu ilmu ghaib, serta menyabutkan lima dasar atau lima kuncinya yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Swt.[15]
¨bÎ) ©!$# ¼çnyYÏã ãNù=Ïæ Ïptã$¡¡9$# Ú^Íit\ãƒur y]øtóø9$# ÞOn=÷ètƒur $tB Îû ÏQ%tnöF{$# ( $tBur Íôs? Ó§øÿtR #sŒ$¨B Ü=Å¡ò6s? #Yxî ( $tBur Íôs? 6§øÿtR Ädr'Î/ <Úör& ßNqßJs? 4 ¨bÎ) ©!$# íOŠÎ=tæ 7ŽÎ6yz ÇÌÍÈ  
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yamg akan diusahakannya besok. Dan tida seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman:34)

Dari sinilah akan diketahui adanya tanda atas kebesaran dan tingginya kedudukan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.[16] Sementara, dalam Tafsir Depag RI isi kandungan surat Luqman meliputi: (a) Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi umat manusia yang mnecakup ayat 1-5; (b) menjelaskan sifat orang kafir dan oreng mukmin, mencakup ayat 6-9; (c) Tanda-tanda kekuasaan Ilahi, ayat 10-11; (d) nasehat Luqman kepada anaknya, ayat 12-19; (e) nikmat Allah dan sifat orang kafir terhadapnya, ayat 20-21.[17]
Choiruddin Hadhiri dalam bukunya yang berjudul “Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an”, sebagaimana dikutip oleh Choirul Mutmainah[18], menjelaskan bahwa kandungan Surat Luqman mencakup enam hal berikut, yakni:
·         Ayat yang mengandung hikmah menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat kebaikan, ayat 1-6.
·         Ayat-ayat yang berisi tentang azab yang pedih bagi orang yang berpaling dari Al-Qur’an dan balasan bagi orang yang beriman, ayat 7-11.
·         Ayat yang berisi tentang Allah yang memberi hikmah Luqman dan nasehat Luqman kepada anaknya yang mencakup akidah, ibadah, dan akhlak, ayat 12-17.
·         Ayat yang mengandung kekuasan Allah menundukkan segala apa yang ada dilangit dan di bumi untuk kenikmatan hidup umat manusia, tetapi kebanyakan manusia mengingkari kekuasaan-Nya ayat 20-26.
·         Ayat yang mengungkapkan tentang perumpamaan luasnya ilmu allah yang tiada terhingga jika hendak ditulis,serta kebanyakan sifat manusia jika mendapat nikmat dan tertimpa musibah, ayat 27-34)
Dari berbagai isi kandungan yang terdapat dalam Surat Luqman, sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam kajian ini penulis lebih memfokuskan pada ayat 6-7.

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Artinya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.  (Q.S Luqman:6)
"Lahwal hadits" yang diterjemahkan sebagai perkataan yang tidak berguna ditafsirkan sebagai: "Nyanyian,[19] demi Yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia" beliau sampai mengulangnya tiga kali Ibnu 'Abbas (Sahabat): "Nyanyian dan yang sejenisnya dan mendengarkannya" Jabir (Sahabat):"Nyanyian dan mendengarkannya"Mujahid (Tab'in):"Nyanyian dan semua permainan yang melalaikan" dalam kesempatan lain beliau mengatakan "Genderang (rebana)"'Ikrimah(Tabi'in):"Nyanyian"Adh-Dhahak:"Syirik (menyekutukan ALLAH)" Ibnu Jarir Ath-Thabari sendiri mengomentari:
Pendapat yang betul adalah: Yang dimaksud dengannya (perkataan yang tidak berguna) adalah semua perkataan yang melalaikan dari jalan ALLAH dari apa-apa yang dilarang ALLAH dari mendengarkannya atau apa-apa yang dilarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (dari mendengarkannya), karena ALLAH menjadikan firmannya (perkataan tidak berguna) umum dan tidak mengkhususkan sebagian yang satu dari sebagian yang lain. Oleh karena itu tetap berlaku umum sehingga datang dalil yang mengkhususkannya. Nyanyian dan syirik termasuk dari itu (perkataan tidak berguna)[20].
Ibnu Katsir juga menyebutkan makna perkataan yang tidak berguna sebagai "nyanyian" dari Sa'id bin Jubair, Makhul, 'Amru bin Syu'aib, Hasan al-Bashri dan 'Ali bin Badzimah dari kalangan para tabi'in. Ibnu Katsir sendiri juga mengomentari:
ALLAH menyambung dengan menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka yaitu orang -orang yang berpaling dari mengambil manfaat dengan mendengarkan kalam ALLAH dan malah cenderung mendengarkan lagu-lagu, nyanyian dengan nada-nada tertentu dan alat-alat musik[21].
Ahli tafsir dikalangan para shahabat, yaitu IBNU MAS’UUD radhiyallaahu ‘anhumaa berkata:
الغِنَاءُ، وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.
“Yang dimaksud (“al-lahwu” dalam ayat diatas) adalah NYANYIAN.. demi Dzat yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau mengatakan hal tersebut sebanyak tiga kali[22].
F. Asbabunnuzul
Surat Luqman bukan merupakan surat yang turun secara bersamaan (sekaligus), melainkan diturunkan secara berangsur-angsur. Karena diturunkan secara berangsu-angsur, maka ada beberapa asbanun nuzul ayat-ayat tertentu dalam surat Luqman tersebut.[23]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan herhubungan dengan Nadar bin Haris. Ia membeli seorang hamba wanita yang bekerja sebagai penyanyi. Ia menyuruh wanita itu bernyanyi untuk orang yang hendak masuk Islam. Ia berkata kepadanya: "Berilah ia makanan, minuman dan nyanyian". Kemudian ia berkata kepada orang yang akan masuk Islam itu: "Ini adalah lebih baik dari yang diserukan Muhammad kepadamu, yaitu salat, puasa dan berperang membantunya".
 Menurut riwayat Muqatil, Nadar bin Haris ini adalah seorang pedagang yang sering pergi ke Persia. Di sana ia membeli kitab-kitab yang bukan bahasa Arab, kemudian isi kitab itu disampaikan kepada orang-orang Quraisy, dengan mengatakan: "Jika Muhammad menceritakan kepadamu kisah kaum Ad dan Samud, maka aku akan menceriterakan kepadamu kisah Rustam dan Isrindiar dan cerita-cerita raja-raja Persia". Kaum musyrikin Quraisy itu sering. mendengarkan perkataan Nadar ini, dan mereka berpaling dari mendengarkan Alquran.

Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang tidak mengacuhkan perkataan yang bermanfaat, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada agama dan memperbaiki budi pekertinya. Mereka lebih suka mengatakan perkataan-perkataan yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan khurafat-khurafat, dongengan-dongengan orang purbakala, lelucon-lelucon yang tidak ada artinya, seperti yang dilakukan Nadar bin Haris. Kalau perlu mereka menggaji penyanyi-penyanyi untuk diperdengarkan suaranya kepada orang banyak. Isi nyanyiannya dan suaranya itu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merangsang orang yang mendengarnya, melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang dan berakibat tambah menjauhkan seseorang dari agamanya.
            Diriwayatkan dari Nafi', ia berkata: "Aku berjalan bersama Abdullah bin Umar dalam suatu perjalanan , maka kedengaran-lah bunyi seruling, lalu Umar meletakkan anak jarinya ke lubang telinganya, agar ia tidak mendengar bunyi seruling itu dan ia menyimpang melalui jalan yang lain, kemudian ia berkata: "Ya Nafi", apakah engkau masih mendengar suara itu?". Aku menjawab: "Tidak". Maka ia mengeluarkan anak jarinya dari telinganya dan berkata: "Beginilah aku melihat yang diperbuat Rasulullah saw, jika ia mendengar bunyi semacam itu". 
Pada riwayat yang lain dari Abdurrahman bin `Auf, bahwa Rasulullah saw bersabda: 

إنما نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين صوت عند نغمة لهو ومزامير شيطان وصوت عند مصيبة خمش وجوه وشق جيوب ورنة شيطان

Artinya: Aku dilarang (mendengarkan)dua macam suara (bunyi) yang tidak ada artinya dan menimbulkan perbuatan jahat, yaitu suara lagu yang melalaikan dan seruling-seruling setan dan (kedua) suara ketika ditimpa musibah, yaitu yang menampar muka, mengoyak-ngoyak baju dan nyanyian setan.
            Menurut Ibnu Masud, yang dimaksud dengan perkataan "lah wal hadis" dalam ayat ini, ialah nyanyian yang dapat menimbulkan kemunafikan di dalam hati. Sebagian ulama mengatakan bahwa semua suara , perkataan, nyanyian, bunyi-bunyian yang dapat merusak ketaatan kepada Allah dan mendorong orang-orang yang mendengarnya melakukan perbuatan yang terlarang. disebut "lahwal hadis".
            Dari ayat dan hadis-hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dilarang itu ialah mendengarkan nyanyian yang dapat membangkitkan nafsu birahi yang menjurus ke perbuatan zina, seperti nyanyian yang berisi kata-kata kotor, demikian pula nyanyian atau musik yang menyebabkan pendengarnya mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang, seperti minum khamar dan sebagainya.
            Mendengar nyanyian atau musik yang tujuannya untuk melapangkan pikiran waktu-waktu istirahat, waktu hari raya tidaklah di larang. Bahkan disuruh mendengarkannya, jika nyanyian atau musik itu mempunyai arti yang baik, menambah iman, memperbaiki budi pekerti, menambah semangat bekerja dan berjuang.
Berkata Qusyairi: "Ditabuh gendang di hadapan Nabi saw, waktu beliau memasuki kota Medinah, lalu Abu Bakar ingin menghentikannya, maka Rasulullah saw berkata: "Biarkanlah mereka menabuh gendang, hai Abu Bakar, hingga orang-orang Yahudi mengetahui bahwa agama kita tidak sempit". Mereka menabuh gendang disertai dengan nyanyian-nyanyian dan syair-syair, di antara bait-baitnya berbunyi: "Nahnu Banatun Najjar. Habbaza Muhammadun min Jar" (kami adalah wanita-wanita Bani Najjar. alangkah baiknya nasib kami, Muhammad menjadi tetangga kami".Demikian pula Rasulullah saw menyuruh menabuh gendang di waktu melaksanakan walimah suatu perkawinan.
 Pada ayat ini Allah SWT menerangkan akibat mendengar dan memperdengarkan nyanyian, musik dan perkataan yang terlarang itu, yaitu mereka akan memperoleh azab yang sangat menghinakan di hari kiamat, akibat perbuatan mereka yang tidak mengindahkan yang hak dan memilih kebatilan, menukar petunjuk dengan dosa.
(Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna) maksudnya (untuk menyesatkan) manusia; lafal ayat ini dapat dibaca liyadhilla dan liyudhilla (dari jalan Allah) dari jalan Islam (tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu) kalau dibaca nashab yaitu wa yattakhidzahaa berarti diathafkan kepada lafal yudhilla, dan jika dibaca rafa' yaitu wa yattakhidzuhaa, berarti diathafkan kepada lafal yasytarii (olok-olokan) menjadi objek ejekan dan olokan mereka. (Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan) azab yang hina sekali[24].

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”.(QS. 31:7)
Pada ayat ini Allah menerangkan sifat-sifat orang-orang yang menukar kita-kitab Allah dengan dongengan-dongengan yang tidak berguna itu. yaitu apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah mereka membelakanginya. dengan sikap angkuh dan sombong, seakan-akan mereka tidak mendengarnya. karena telinga telah tersumbat dan tuli. 
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman: 
            Artinya: Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan. sedang Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka".(Q.S. Fussilat: 44)
            Karena perbuatan mereka itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat azab yang pedih di akhirat kelak, sebagai balasan dari perbuatan dan tindakan mereka itu. 

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ 

            (Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) ayat-ayat Alquran (dia berpaling dengan menyombongkan diri) dengan rasa sombong (seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya) artinya kedua telinganya tersumbat; dan kedua jumlah tasybih menjadi hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir yang terkandung di dalam lafal walla, atau tasybih yang kedua menjadi bayan atau penjelasan bagi tasybih yang pertama (maka beri kabar gembiralah dia) beritahukanlah kepadanya (dengan azab yang pedih) azab yang menyakitkan[25].
            Disebutkannya lafal al-bisyaarah dimaksudkan sebagai tahakkum atau ejekan, dan orang yang dimaksud adalah Nadhr bin Harits. Dia datang ke negeri Al-Hairah dengan tujuan berniaga, lalu ia membeli kitab-kitab cerita orang-orang Ajam. Setelah itu ia menceritakan isinya kepada penduduk Mekah seraya mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad telah menceritakan kepada kalian kisah-kisah kaum Ad dan kaum Tsamud, dan sekarang saya akan menceritakan kepada kalian kisah-kisah tentang kerajaan Romawi dan kerajaan Persia." Ternyata mereka menyenangi kisah Nadhr itu, karenanya mereka meninggalkan Alquran serta tidak mau mendengarkannya lagi.






BAB III
KESIMPULAN


Allah menerangkan keadaan orang-orang yang berbahagia. Yang dimaksud orang yang berbahagia adalah mereka orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah dalam al-Qur’an dan orang yang melaksanakan perintah-perintah-Nya seperti salat dan zakat, karena mereka percaya dengan adanya hari akhirat. Mereka termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung. Sementara pada ayat 6-7, Allah menerangkan keadaan orang-orang yang celaka. Mereka adalah orang–orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah, tidak mau mendengarkan dan memanfaatkan petunjuk-petunjuk al-qur’an ketika ayat-ayat-Nya di bacakan, bahkan mereka mengucapkan perkataan yang tidak berguna dan menyesatkan orang lain.[26]






















KAJIAN PUSTAKA


Ali Ash-Shabuny Muhammad, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir vol.5, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.375
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Ygyakarta: UII Press, 1990), Jilid VII, 1990, hal. 633.
Huda Miftahul dan Idris Muhammad, Nalar Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 89. Nalar Pendidikan…, hal.93-94.
Ibid. hal.537-538
Ibid., hal. 376.
Ibid., hal. 90-91.
Ibnu Jarir Ath-Thabari
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan),( Jakarta: kementerian Agama RI, 2010), Jilid VII, hal. 546. Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 534-570.
Lihat Jami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, Ibnu Jarir Ath Thobari, 20/127
Mutmainah Choirul, Konsep Pendidikan Islam dalam Meningkatkan spiritualitas Anak Menurut Surat Luqman, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2010). h, 78.
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Hati yang selamat Hingga kisah Luqman, ( Bandung: Marja, 2007), hal. 154.Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan…., hal. 157
Shalah al-Khalidy, Al-Qur’an Pelajaran…, hal. 139-140., Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang dahulu, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Jilid 3, hal. 133.
Tafsir Ath-Thabari
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir jalalain
Yusuf Ali Abdullah, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal.1056


[1] Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 89.
[2] Ibid., hal. 90-91.
[3] Ibid.
[4] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Hati yang selamat Hingga kisah Luqman, ( Bandung: Marja, 2007), hal. 154.
[5] Abdullah Yusuf Ali, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal.1056
[6] Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-Orang dahulu, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Jilid 3, hal. 133.
[7] Ibid.
[8] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan),( Jakarta: Kementerian Agama RI, 2010), Jilid VII, hal. 546.
[9] Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan…, hal.93-94.
[10] Shalah al-Khalidy, Al-Qur’an Pelajaran…, hal. 139-140.
[11] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Ygyakarta: UII Press, 1990), Jilid VII, 1990, hal. 633.
[12] Muhammad Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir vol.5, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.375
[13] Ibid., hal. 376.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 534-570.
[18] Choirul Mutmainah, Konsep Pendidikan Islam dalam Meningkatkan spiritualitas Anak Menurut Surat Luqman, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2010). h, 78.
[19] Ibnu Jarir Ath-Thabari
[20] Tafsir Ath-Thabari
[21] Tafsir Ibnu Katsir
[22] Lihat Jami’ul Bayan fii Ta’wilil Qur’an, Ibnu Jarir Ath Thobari, 20/127
[23] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan…., hal. 157
[24]Tafsir  jalalain
[25] Tafsir jalalain
[26] Ibid. hal.537-538

1 comment: