TUGAS MAKALAH
TAFSIR SURAT LUQMAN AYAT 6 - 7
Disusun Oleh : Ahmad Khoiri (1522010033)
Mohamad Nursholihin (1522010130)
Suhadak rofiq (1522010131)
Semester : I
(Satu)
Mata Kuliah : Tafsir
Tarbawy
Dosen : Dr. Umi Hijriyah, M.Pd.
Dr. H. Ainul Gani, SH., M.Ag
PRODI
ILMU TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM
PASCA SARJANA IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Kasih-Nya
tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan
pertolongan Allah swt, kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah
tentang “Tafsir Surat
Luqman Ayat 6-7”.
Makalah ini ditulis dengan maksud sebagai bahan
presentasi mata kuliah Tafsir
Tarbawi, dan menjadikan
penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap maksud dari surat Luqman Ayat 6-7.
Harapan kami, semoga
setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin
memahami tentang “Tafsir Surat
Luqman Ayat 6-7”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta
bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala
kekurangan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Bandar Lampung, oktober 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran adalah
“Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Rasul, dengan
perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada
kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al-Quran adalah sebagai tata
kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia merupakan tanda kebenaran
Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat manusia maka
diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan riwayat yang
disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
Dalam pembahasan Al-Quran sebagai kumpulan wahyu Allah
SWT, maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Luqman ayat 6-7 yang
menjelaskan tentang haramnya nyayian musik yang sudah menjadi hiburan
manusia jikala sedang setres, galau, dan bosan terhadap sesuatu,dan itu sudah
menjadi tradisi masyarakat umum.
Namun ada hadits shahih
Muslim meriwayatkan, ketika Abu sa'id bersama rasulullah, tiba2 datang seorang
penyair bernyanyi, maka rasulullah bersabda, tangkap syetan itu. Sesungguhnya
perut yang dipenuhi muntah lebih baik dari perut yang dipenuhi syair.Terbukti
saat ini banyak orang yang lebih suka mendengar musik-musik ketimbang
mendengarkan alquran, bahkan lebih suka mendengar gambus berbahasa arab meski
tidak faham maknanya,ketimbang mendengar alqur'an.
Mari kurangi asupan musik
di telinga kita dan perbanyak mendengarkan alquran
meski tidak faham artinya tetap akan memberi efek positif kepada jiwa.
Contoh kasus banyak terjadi dalam proses ruqyah, manusia yang diganggu jin akan merasa "panas" jika dibacakan ayat alquran dengan baik, meskipun si manusia dan jin tidak faham makna ayat yang dibacakan. Alquran adalah mukjizat rasulullah, sedangkan musik berasal dari setan. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua bisa memahami kandungan dalam Al qur an, sebagai petunjuk umat manusia sedunia.
meski tidak faham artinya tetap akan memberi efek positif kepada jiwa.
Contoh kasus banyak terjadi dalam proses ruqyah, manusia yang diganggu jin akan merasa "panas" jika dibacakan ayat alquran dengan baik, meskipun si manusia dan jin tidak faham makna ayat yang dibacakan. Alquran adalah mukjizat rasulullah, sedangkan musik berasal dari setan. Semoga dengan adanya makalah ini kita semua bisa memahami kandungan dalam Al qur an, sebagai petunjuk umat manusia sedunia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Surat Luqman Ayat 6-7
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي
لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا
هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
وَإِذَا
تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ
فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
B. Terjemahan Surat Luqman Ayat 6-7
“Dan di
antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan
jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan(6). Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling
dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada
sumbat di kedua telinganya; maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih(7)”.
C. Mufradat/Kosa Kata
Dan apabila
dibacakan kepadanya
|
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ
|
dan di antara manusia
|
وَمِنَ النَّاسِ
|
ayat-ayat Kami
|
آيَاتُنَا
|
Membeli
|
يَشْتَرِي
|
berpaling dengan
menyombongkan diri
|
وَلَّى مُسْتَكْبِرًا
|
Perkataan
|
لَهْوَ الْحَدِيثِ
|
seolah-olah dia
belum mendengarnya
|
كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا
|
Untuk menyesatkan
|
لِيُضِل
|
seakan-akan di
kedua telinganya
|
كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ
|
Dari
|
عَنْ
|
tersumbat
|
وَقْرًا
|
Jalan Allah
|
سَبِيلِ اللَّهِ
|
kabar gembira
|
فَبَشِّرْهُ
|
Tanpa ilmu
|
بِغَيْرِ عِلْمٍ
|
dengan azab yang
pedih
|
بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
|
Dan mengambilnya
|
وَيَتَّخِذَهَا
|
olok olokkan
|
هُزُوًا
|
||
mereka
|
أُولَئِكَ
|
||
Bagi mereka azab
|
لَهُمْ عَذَابٌ
|
||
Hina
|
مُهِينٌ
|
D. Sekilas Tentang Qur’an
Surat Luqman
Surat Luqman
termasuk surat Makiyah yang termasuk turun pada periode Mekkah belakangan.
Surat ini terdiri dari 34 ayat
dan diturunkan setelah surat As-Shoffat. Penamaan surat ini
sudah sepantasnya, karena nama dan nasehat Luqman yang begitu mulia diuraikan
dalam surat ini, khususnya karena pada ayat ke-12 disebutkan bahwa Luqman telah
diberi Allah Hikmah berupa ilmu pengetahuan, dan nasehat-nasehatnya yang
terdapat dalam ayat ke-13-19 sarat dengan pelajaran bagi orang tua agar dapat
mendidik anaknya seperti prinsip-prinsip pendidikan yang dulakukannya.[1] Berkaitan dengan Qur’an Surat Luqman ini, sebagai
pengantar dari gambaran surat ini, ada empat hal yang dirasa perlu unutk
diuraian, yakni perdebatan mengenai asal-usul sosok Luqman, kandungan dari
surat Luqman, asbabun nuzulnya, dan menusabah (keserasian) surat Luqman dengan
Surat sebelumnya dan antar ayat-ayatnya.
1.
Perdebatan
asal-usul sosok Luqman
Banyak riwayat yang
menerangkan asal-usul Luqman, di mana antara satu riwayat dengan riwayat yang
lain tidak ada persesuaian, termasuk apakah nama tersebut merupakan nama arab
atau bukan (‘ajam). Menurut Makki Bin Thalib Al-Qaisi: “ Luqman adalah
nama konkret (isim ma’rifah) dengan dua tambahan (alif dan nun ) sehingga tidak
dapat menerima tanwin seperti kata “Ustman” di mana Luqman ini bisa jadi
berasal dari nama non-arab (‘ajam). Akan
tetapi, menurut penjelasan Muhammmad Bin Ali Bin al-Syaukani, ada ulama
berpendapat bahwa ia adalah nama non-arab, karena tidak menerima ta’rif.
Sedangkan yang menamakan nama Arab, maka tidak dapat dima’rifatkan dan tidak
dapat ditambah alif dan nun”. Adapun menurut Ibn Ba’ura yang
dinukil oleh Abi al-Fadhl Syihab Al-Din Mahmud al-Alusi dalam kitab tafsirnya
menjelaskan bahwa: “ Luqman adalah nama ‘ajam (bukan Arab) yang diambil
dari kata Al-Laqam”.[2]
Para ulama pun kemudian berbeda
penafsiran tentang siapa yang dikehendaki dengan Luqman pada ayat tersebut. Di
antaranya adalah penjelasan Abi Al-Qasim Jar Allah Mahmud bin Umar Al-Khawarizmi,
sebagaimana dikutip oleh al-Zamakhsyari dalam kitabnya menyatakan:
·
Menurut
Muhammad Ishaq yang dimaksud Luqman dalam ayat tersebut adalah Luqman Bin
Ba’ura bin Nahur Bin Tarikh, yaitu merupakan Azar anaknya bapak Ibrahim.
·
Menurut
al-Suhaili, Luqman dimaksud adalah Luqman bin Anqa’ bin sarwan dari bangsa
Naubi penduduk Ilih..
·
Menurut
Imam Wahab: Luqman bin Ukht Ayyub.
·
Menurut
Imam Muqatil : Luqman bin Khalat Ayyub.
·
Menurut
Al-Zamakhsyari: Luqman bin Ba’ura Ayyub atau Bin ibn Khalatuh.
·
Dikatakan
pula: Luqman salah satu anak dari azar yang hidup seribu tahun dan menemui nabi
Dawud as. Dan berguru kepadanya.[3] Ia hidup semasa Nabi Daud a.s., karena kebijaksanaannya
Luqman dijuluki al-Hakim.[4]
Dalam
sumber yang lain disebutkan, Luqman yang arif yang namanya dipakai untuk nama surah ini,
termasuk tradisi Arab. Sedikit sekali yang diketahui mengenai kehidupannya.
Biasanya ia dikaitkan dengan umur yang panjang, dan dijuluki Mu’amar (
yang panjang umur). Ada yang menyebut ia hidup di zaman kaum Ad. Dia merupakan contoh kebijaksanaan
yang lengkap. Disebutkan bahwa dia berasal dari masyarakat bawah, sebagai
seorang budak atau tukang kayu, dan bahwa dia menolak kekuasaan duniawi dan
kerajaan.[5]
As-Suyuthi
dalam kitabnya, ad-Durrul Manstur, sebagaimana dikutib oleh Shalah
Al-Khalidy, menceritakan bahwa Luqman adalah seorang hamba sahaya berkebangsaan
Habsy Najr. Ia bekerja sebagai tukang kayu, bertubuh kecil, berhidung mancung,
pandai bersilat lidah, berkaki lebar dan allah memberikan kepadanya
hikmahbkepadanya, tetapi bukan kenabian. Ia juga termasuk pemuka di negeri Sudan
dan Ethiopia.[6]
Diceritakan
pula bahwa Luqman adalah salah seorang anak “Azur” yang hidup selama seribu
tahun. Dialah yang member fatwa kepada manusia sebelum diutusnya Nabi Dawud
a.s. ketika nabi Dawud a.s. datang, ia menghentikan fatwanya.[7]
Dalam tafsir yang lain, disebutkan bahwa Luqman merupakan nama seorang yang
saleh dan sangat bijak pada masa lalu. Para ulama berbeda pendapat tentang
dirinya apakah ia seorang nabi tau seorang yang saleh yang sangat bijak.
Mayoritas ulama memilih keduanya. Sementara para ahli tafsir juga berbeda
pendapat tentang masa hidupnya. Ada yang
mengatakan bahwa Luqman hidup pada masa nabi Dawud a.s.. Yang lain mengatakan
ia adalah anak saudara perempuam nabi Ayyub as. Yang lainnya mengatakan anak
bibi nabi Ayyub as. Para ulama juga berbeda pendapat tentang pekerjaannya. Ada
yang mengatakan ia seorang penjahit, tukang kayu, atau penggembala kambing.[8]
Adapun
masa hidupnya, menurut ulama, berkisar di antara masa Nabi Isa as. Dan nabi
Muhammad Saw. pendapat lainnya adalah ia adalah anak Kuisy bi Syam bin Nuh yang
dilahirkan di zaman kerajaan Dawud, dan hidup sampai zaman Nabi Yunus.
Sementara mengenai makam Luqman, menurut keretangan Al-Shuyuti berada di
Ramalah, yaitu nama tempat antara masjid Ramalah dan pasarnya, dimana terdapat
makam tujuh puluh nabi setelah Luqman. Dikatakan dalam kitab Fath al-Rahman
bahwa kuburan Luqman berada di daerah Syarfandi,yaitu daerah di luar kota
Palestina yang terletak di antara Syam dan Mesir.[9]
Luqman memberikan
nasehat bagi anaknya yang bernama Tsaran, mereka penduduk biasa dari
Habasyah (Ethiopia). Dalam sebuat kitab tafsir diceritakan bahwa Luqman adalah
seorang budak, ciri-ciri tubuhnya sama seperti orang Ethiopia lainnya yang kebanyakan
berkulit hitam legam dan berbibir tebal. Tetapi Allah tak pernah melihat dari
bentuk fisik. Hati Luqman memancarkan cahaya iman dan keagungan seorang
manusia. Kejernihan hidup tergambar di balik rendah martabatnya sebagai budak.
Sebenarnya nasehat Luqman yang terdapat dalam Al Qur'an itu hanyalah nasehat
kepada anaknya sendiri. Tetapi Allah mengabadikan dalam Al Qur'an agar setiap
umat belajar dari apa yang dilakukan Luqman. Karena nasehat pada anak adalah
sangat penting untuk membentuk karakter dan perwatakan sebagai bekal kehidupan kelak.
Menurut
Shalah al-Khalidy, terlepas dari semua pendapat riwayat tentang sosok Luqman,
menyangkut asal-usulnya, masa hidupnya, akhir petualangannya, nama anaknya,
apakah ia seorang Nabi atau bukan, bahwa berbagai riwayat tersebut lebih tepat
disikapi dengan tawaquf, karena tidak akan diperoleh pengetahuan, kegunaan dan
faedahnya.[10]
Yang jelas adalah bahwa Luqman merupakan seorang hamba yang telah dianugerahi
oleh Allah sebuah Hikmat, mempunyai akidah yang benar, memahami pokok agama
Allah dan mengetahui Akhlak yang mulia. Namanya disebut dalam al-Qur’an sebagai
salah seorang dari orang-orang yang senantiasa menghambakan diri kepada-Nya.[11]
2. Kandungan Surat Luqman
Menurut Ali
Ash-Shabuni, kandungan Surat Luqman banyak mencakup masalah-masalah akidah dan
dasar-dasar keimanan seperti keesaan, kenabian, hari kebangkitan dan tempat
kembali, serta perintah untuk berdakwah dengan kata-kata yang bijak. Surat
ini juga memuat hikmah dan nasehat-nasehat dalam kisah Luqman bersama anaknya,
karena itu surat ini disebut Surat Luqman. Surat
ini diawali dengan penjelasan tentang fadilah (keutamaan) Al Qur’an,
mukziat Muhammad yang abadi, sepanjang zaman, dengan memberikan hujjah-hujjah
dan bukti-bukti atas keesaan rabul’Alamain, menjelaskan beberapa
kekuasaannya dan ciptaan-nya yang menakjubkan di alam semesta yang luas ini,
yang hukum-hukumnya pasti dan tepat. Yaitu hukum yang melekat langit, bumi,
matahari, bulan, siang, malam, gunung-gunung, lautan, gelombang, hujan,
tumbuh-tumbuhan maupum pepohonan, serta seluruh bukti-bukti kekuasaan dan
keesaan yang dapat di saksikan oleh manusia, yang memikat hati dan memperkaya
akal serta mengarahkan manusia agar berjalan lurus ke depan, dengan senantiasa
menyerahkan diri kepeda kekuasaan Allah, Sang Pencipta Yang Maha Besar.[12] Allah Swt. Berfirman,
t,n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÎötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( 4s+ø9r&ur Îû ÇÚöF{$# zÓźuru br& yÏJs? öNä3Î/ £]t/ur $pkÏù `ÏB Èe@ä. 7p/!#y 4 $uZø9tRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oY÷Gu;/Rr'sù $pkÏù `ÏB Èe@à2 8l÷ry AOÍx. ÇÊÉÈ #x»yd ß,ù=yz «!$# ÎTrâr'sù #s$tB t,n=y{ tûïÏ%©!$# `ÏB ¾ÏmÏRrß 4 È@t/ tbqßJÎ=»©à9$# Îû 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇÊÊÈ
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis
binatang. Dan Kami turunkanpadanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang teleh
diciptakan oleh sembahan-sembahan (mu) selain Allah sebenarnya orang-orang yang
zhalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (Luqman;10-11)
Ayat selanjutnya
menjelaskan tentang wasiat-wasiat yang berharga yang diwasiatkan oleh Luqmanul
Hakim kepada anaknya. Dalam setiap wasiat tersebut terdapat pelajaran dan
hikmah yang berharga. Luqman berbicara dengan kalimat yang penuh hikmah dan
menakjubkan. Oleh sebab itulah dirinya diberi gelar Luqmanul Hakim dan terkenal
dengan kebijaksanaannya sehingga perkataanya disebut sebagai qaulul fashl.[13] Allah Swt berfirman,
s)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ
“Dan sesungguhnya kami telah berikan hikmah kepada Luqman, yaitu,
‘Bersukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersykur untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.’”(Luqman: 12)
Kemudian surat ini
menjelaskan tentang dalil-dalil yang tepat dan bukti-bukti yang kuat atas
keesaan Allah Swt. dan mengingatkan bahwa adanya ciptaan menunjukkan adanya
Sang Pencipta, dan adanya mahluk menunjukkan adanya khaliq. Allah
mempunyai nikmat yang banyak yang
jumlahnya tidak terhitung, mulai dari penciptaan langit yang di dalamnya ada
matahari, bulan, bintang, udara dan hujan, hingga penciptaan bumi yang di
dalamnya ada hewan, tumbuh-tumbuhan, barang tambang, lautan, sungai dan
sebagainya dalam rangka untuk menegaskan kekuasaan dan keesaan-Nya.[14] Allah Swt berfirman,
Os9r& (#÷rts? ¨br& ©!$# t¤y Nä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# x÷t7ór&ur öNä3øn=tæ ¼çmyJyèÏR ZotÎg»sß ZpuZÏÛ$t/ur 3 z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAÏ»pgä Îû «!$# ÎötóÎ/ 5Où=Ïæ wur Wèd wur 5=»tGÏ. 9ÏZB ÇËÉÈ
“Tidaklah kamu perhatikan
sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentigan) mu apa yang di langit
dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan
di antara manusia ada yang membantah tentang ( keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangaan.” (Luqman:20)
Akhirnya, surat ini
ditutup dengan penjelasan tentang ilmu Allah yang menyeluruh, yang meliputi
seluruh alam semesta, menjelaskan tentang kebesaran dan keagungan-Nya, yang memiliki
kekhususan yaitu ilmu ghaib, serta menyabutkan lima dasar atau lima kuncinya
yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Swt.[15]
¨bÎ) ©!$# ¼çnyYÏã ãNù=Ïæ Ïptã$¡¡9$# Ú^Íit\ãur y]øtóø9$# ÞOn=÷ètur $tB Îû ÏQ%tnöF{$# ( $tBur Íôs? Ó§øÿtR #s$¨B Ü=Å¡ò6s? #Yxî ( $tBur Íôs? 6§øÿtR Ädr'Î/ <Úör& ßNqßJs? 4 ¨bÎ) ©!$# íOÎ=tæ 7Î6yz ÇÌÍÈ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari
Kiamat, dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yamg akan
diusahakannya besok. Dan tida seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman:34)
Dari sinilah akan
diketahui adanya tanda atas kebesaran dan tingginya kedudukan Allah, Tuhan Yang
Maha Esa.[16] Sementara, dalam Tafsir Depag RI isi kandungan surat
Luqman meliputi: (a) Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi umat manusia
yang mnecakup ayat 1-5; (b) menjelaskan sifat orang kafir dan oreng mukmin,
mencakup ayat 6-9; (c) Tanda-tanda kekuasaan Ilahi, ayat 10-11; (d) nasehat
Luqman kepada anaknya, ayat 12-19; (e) nikmat Allah dan sifat orang kafir
terhadapnya, ayat 20-21.[17]
Choiruddin Hadhiri
dalam bukunya yang berjudul “Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an”,
sebagaimana dikutip oleh Choirul Mutmainah[18], menjelaskan bahwa kandungan Surat Luqman mencakup enam hal
berikut, yakni:
·
Ayat
yang mengandung hikmah menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat
kebaikan, ayat 1-6.
·
Ayat-ayat
yang berisi tentang azab yang pedih bagi orang yang berpaling dari Al-Qur’an
dan balasan bagi orang yang beriman, ayat 7-11.
·
Ayat
yang berisi tentang Allah yang memberi hikmah Luqman dan nasehat Luqman kepada
anaknya yang mencakup akidah, ibadah, dan akhlak, ayat 12-17.
·
Ayat
yang mengandung kekuasan Allah menundukkan segala apa yang ada dilangit dan di
bumi untuk kenikmatan hidup umat manusia, tetapi kebanyakan manusia mengingkari
kekuasaan-Nya ayat 20-26.
·
Ayat
yang mengungkapkan tentang perumpamaan luasnya ilmu allah yang tiada terhingga
jika hendak ditulis,serta kebanyakan sifat manusia jika mendapat nikmat dan
tertimpa musibah, ayat 27-34)
Dari berbagai isi kandungan yang terdapat dalam Surat Luqman,
sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam kajian ini penulis lebih memfokuskan
pada ayat 6-7.
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ
لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُوْلَئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Artinya: Dan di antara manusia (ada) orang
yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia)
dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (Q.S Luqman:6)
"Lahwal
hadits" yang diterjemahkan sebagai perkataan yang tidak berguna
ditafsirkan sebagai: "Nyanyian,[19] demi
Yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia" beliau sampai mengulangnya
tiga kali Ibnu 'Abbas (Sahabat): "Nyanyian dan yang sejenisnya dan
mendengarkannya" Jabir (Sahabat):"Nyanyian dan mendengarkannya"Mujahid
(Tab'in):"Nyanyian dan semua permainan yang melalaikan" dalam
kesempatan lain beliau mengatakan "Genderang (rebana)"'Ikrimah(Tabi'in):"Nyanyian"Adh-Dhahak:"Syirik
(menyekutukan ALLAH)" Ibnu Jarir Ath-Thabari sendiri mengomentari:
Pendapat yang
betul adalah: Yang dimaksud dengannya (perkataan yang tidak berguna) adalah
semua perkataan yang melalaikan dari jalan ALLAH dari apa-apa yang dilarang
ALLAH dari mendengarkannya atau apa-apa yang dilarang Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam (dari mendengarkannya), karena ALLAH menjadikan firmannya
(perkataan tidak berguna) umum dan tidak mengkhususkan sebagian yang satu dari
sebagian yang lain. Oleh
karena itu tetap berlaku umum sehingga datang dalil yang mengkhususkannya.
Nyanyian dan syirik termasuk dari itu (perkataan tidak berguna)[20].
Ibnu Katsir
juga menyebutkan makna perkataan yang tidak berguna sebagai
"nyanyian" dari Sa'id bin Jubair, Makhul, 'Amru bin Syu'aib, Hasan
al-Bashri dan 'Ali bin Badzimah dari kalangan para tabi'in. Ibnu Katsir sendiri
juga mengomentari:
ALLAH menyambung dengan
menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka yaitu orang -orang yang berpaling
dari mengambil manfaat dengan mendengarkan kalam ALLAH dan malah cenderung
mendengarkan lagu-lagu, nyanyian dengan nada-nada tertentu dan alat-alat musik[21].
Ahli tafsir dikalangan
para shahabat, yaitu IBNU MAS’UUD radhiyallaahu ‘anhumaa berkata:
الغِنَاءُ،
وَالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، يُرَدِّدُهَا ثَلاَث َمَرَّاتٍ.
“Yang dimaksud (“al-lahwu” dalam ayat diatas) adalah NYANYIAN.. demi Dzat
yang tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Dia.” Beliau mengatakan hal tersebut
sebanyak tiga kali[22].
F. Asbabunnuzul
Surat Luqman bukan merupakan surat yang turun secara
bersamaan (sekaligus), melainkan diturunkan secara berangsur-angsur. Karena
diturunkan secara berangsu-angsur, maka ada beberapa asbanun nuzul ayat-ayat
tertentu dalam surat Luqman tersebut.[23]
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan herhubungan dengan Nadar bin Haris.
Ia membeli seorang hamba wanita yang bekerja sebagai penyanyi. Ia menyuruh
wanita itu bernyanyi untuk orang yang hendak masuk Islam. Ia berkata kepadanya:
"Berilah ia makanan, minuman dan nyanyian". Kemudian ia berkata
kepada orang yang akan masuk Islam itu: "Ini adalah lebih baik dari yang
diserukan Muhammad kepadamu, yaitu salat, puasa dan berperang
membantunya".
Menurut
riwayat Muqatil, Nadar bin Haris ini adalah seorang pedagang yang sering pergi
ke Persia. Di sana ia membeli kitab-kitab yang bukan bahasa Arab, kemudian isi
kitab itu disampaikan kepada
orang-orang Quraisy, dengan mengatakan: "Jika Muhammad menceritakan kepadamu kisah kaum Ad dan Samud,
maka aku akan menceriterakan kepadamu kisah Rustam dan Isrindiar dan
cerita-cerita raja-raja Persia". Kaum musyrikin Quraisy itu sering.
mendengarkan perkataan Nadar ini, dan mereka berpaling dari mendengarkan Alquran.
Ayat ini
menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang tidak mengacuhkan perkataan
yang bermanfaat, yang dapat menambah keyakinan manusia kepada agama dan
memperbaiki budi pekertinya. Mereka lebih suka mengatakan perkataan-perkataan
yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan khurafat-khurafat, dongengan-dongengan
orang purbakala, lelucon-lelucon yang tidak ada artinya, seperti yang dilakukan
Nadar bin Haris. Kalau
perlu mereka menggaji penyanyi-penyanyi untuk diperdengarkan suaranya kepada
orang banyak. Isi nyanyiannya dan suaranya itu dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat merangsang orang yang mendengarnya, melakukan perbuatan-perbuatan yang
dilarang dan berakibat tambah menjauhkan seseorang dari agamanya.
Diriwayatkan
dari Nafi', ia berkata: "Aku berjalan bersama Abdullah bin Umar dalam
suatu perjalanan , maka kedengaran-lah bunyi seruling, lalu Umar meletakkan
anak jarinya ke lubang telinganya, agar ia tidak mendengar bunyi seruling itu
dan ia menyimpang melalui jalan yang lain, kemudian ia berkata: "Ya
Nafi", apakah engkau masih mendengar suara itu?". Aku menjawab:
"Tidak". Maka ia mengeluarkan anak jarinya dari telinganya dan
berkata: "Beginilah aku melihat yang diperbuat Rasulullah saw, jika ia
mendengar bunyi semacam itu".
Pada riwayat yang lain dari Abdurrahman bin `Auf, bahwa Rasulullah saw bersabda:
Pada riwayat yang lain dari Abdurrahman bin `Auf, bahwa Rasulullah saw bersabda:
إنما نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين صوت عند نغمة لهو ومزامير شيطان وصوت عند مصيبة خمش وجوه وشق جيوب ورنة شيطان.
Artinya: Aku
dilarang (mendengarkan)dua macam suara (bunyi) yang tidak ada artinya dan
menimbulkan perbuatan jahat, yaitu suara lagu yang melalaikan dan
seruling-seruling setan dan (kedua) suara ketika ditimpa musibah, yaitu yang
menampar muka, mengoyak-ngoyak baju dan nyanyian setan.
Menurut Ibnu Masud, yang dimaksud
dengan perkataan "lah wal hadis" dalam ayat ini, ialah nyanyian yang
dapat menimbulkan kemunafikan di dalam hati. Sebagian ulama mengatakan bahwa
semua suara , perkataan, nyanyian, bunyi-bunyian yang dapat merusak ketaatan
kepada Allah dan mendorong orang-orang yang mendengarnya melakukan perbuatan
yang terlarang. disebut "lahwal hadis".
Dari ayat dan hadis-hadis di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dilarang itu ialah mendengarkan nyanyian yang dapat
membangkitkan nafsu birahi yang menjurus ke perbuatan zina, seperti nyanyian
yang berisi kata-kata kotor, demikian pula nyanyian atau musik yang menyebabkan
pendengarnya mengerjakan perbuatan-perbuatan terlarang, seperti minum khamar
dan sebagainya.
Mendengar nyanyian atau musik yang tujuannya untuk
melapangkan pikiran waktu-waktu istirahat, waktu hari raya tidaklah di larang. Bahkan
disuruh mendengarkannya, jika nyanyian atau musik itu mempunyai arti yang baik,
menambah iman, memperbaiki budi pekerti, menambah semangat bekerja dan
berjuang.
Berkata
Qusyairi: "Ditabuh gendang di hadapan Nabi saw, waktu beliau memasuki kota
Medinah, lalu Abu Bakar ingin menghentikannya, maka Rasulullah saw berkata:
"Biarkanlah mereka menabuh gendang, hai Abu Bakar, hingga orang-orang
Yahudi mengetahui bahwa agama kita tidak sempit". Mereka menabuh gendang disertai
dengan nyanyian-nyanyian dan syair-syair, di antara bait-baitnya berbunyi:
"Nahnu Banatun Najjar. Habbaza Muhammadun min Jar" (kami adalah
wanita-wanita Bani Najjar. alangkah baiknya nasib kami, Muhammad menjadi
tetangga kami".Demikian pula Rasulullah saw menyuruh menabuh gendang di
waktu melaksanakan walimah suatu perkawinan.
Pada ayat
ini Allah SWT menerangkan akibat mendengar dan memperdengarkan nyanyian, musik
dan perkataan yang terlarang itu, yaitu mereka akan memperoleh azab yang sangat
menghinakan di hari kiamat, akibat perbuatan mereka yang tidak mengindahkan
yang hak dan memilih kebatilan, menukar petunjuk dengan dosa.
(Dan di antara
manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna) maksudnya
(untuk menyesatkan) manusia; lafal ayat ini dapat dibaca liyadhilla dan
liyudhilla (dari jalan Allah) dari jalan Islam (tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu) kalau dibaca nashab yaitu wa yattakhidzahaa berarti
diathafkan kepada lafal yudhilla, dan jika dibaca rafa' yaitu wa
yattakhidzuhaa, berarti diathafkan kepada lafal yasytarii (olok-olokan) menjadi
objek ejekan dan olokan mereka. (Mereka
itu akan memperoleh azab yang menghinakan) azab yang hina sekali[24].
“Dan apabila
dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri
seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya;
maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”.(QS. 31:7)
Pada ayat ini
Allah menerangkan sifat-sifat orang-orang yang menukar kita-kitab Allah dengan
dongengan-dongengan yang tidak berguna itu. yaitu apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah mereka membelakanginya. dengan sikap angkuh dan sombong,
seakan-akan mereka tidak mendengarnya. karena telinga telah tersumbat dan
tuli.
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:
Artinya: Katakanlah:
"Alquran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan. sedang
Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka".(Q.S. Fussilat: 44)
Karena perbuatan
mereka itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat azab
yang pedih di akhirat kelak, sebagai balasan dari perbuatan dan tindakan mereka
itu.
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
(Dan
apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) ayat-ayat Alquran (dia berpaling
dengan menyombongkan diri) dengan rasa sombong (seolah-olah dia belum
mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya) artinya kedua
telinganya tersumbat; dan kedua jumlah tasybih menjadi hal atau kata keterangan
keadaan dari dhamir yang terkandung di dalam lafal walla, atau tasybih yang
kedua menjadi bayan atau penjelasan bagi tasybih yang pertama (maka beri kabar
gembiralah dia) beritahukanlah kepadanya (dengan azab yang pedih) azab yang
menyakitkan[25].
Disebutkannya
lafal al-bisyaarah dimaksudkan sebagai tahakkum atau ejekan, dan orang yang
dimaksud adalah Nadhr bin Harits. Dia
datang ke negeri Al-Hairah dengan tujuan berniaga, lalu ia membeli kitab-kitab
cerita orang-orang Ajam. Setelah itu ia menceritakan isinya kepada penduduk
Mekah seraya mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad telah menceritakan kepada
kalian kisah-kisah kaum Ad dan kaum Tsamud, dan sekarang saya akan menceritakan
kepada kalian kisah-kisah tentang kerajaan Romawi dan kerajaan Persia."
Ternyata mereka menyenangi kisah Nadhr itu, karenanya mereka meninggalkan
Alquran serta tidak mau mendengarkannya lagi.
BAB III
KESIMPULAN
Allah
menerangkan keadaan orang-orang yang berbahagia. Yang dimaksud orang yang berbahagia
adalah mereka orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah dalam al-Qur’an dan
orang yang melaksanakan perintah-perintah-Nya seperti salat dan zakat, karena
mereka percaya dengan adanya hari akhirat. Mereka termasuk orang-orang yang
sukses dan beruntung. Sementara pada ayat 6-7, Allah menerangkan keadaan
orang-orang yang celaka. Mereka adalah orang–orang yang tidak mengikuti
petunjuk Allah, tidak mau mendengarkan dan memanfaatkan petunjuk-petunjuk
al-qur’an ketika ayat-ayat-Nya di bacakan, bahkan mereka mengucapkan perkataan
yang tidak berguna dan menyesatkan orang lain.[26]
KAJIAN
PUSTAKA
Ali Ash-Shabuny
Muhammad, Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir vol.5,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.375
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Tafsirnya, (Ygyakarta: UII Press, 1990), Jilid VII, 1990, hal. 633.
Huda Miftahul dan Idris
Muhammad, Nalar Pendidikan Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal.
89. Nalar Pendidikan…, hal.93-94.
Ibid. hal.537-538
Ibid., hal. 376.
Ibid., hal. 90-91.
Ibnu Jarir Ath-Thabari
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an
dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan),( Jakarta: kementerian Agama RI, 2010), Jilid VII, hal. 546. Kementerian Agama, Al-Qur’an dan
Tafsirnya, hal. 534-570.
Lihat Jami’ul Bayan fii
Ta’wilil Qur’an, Ibnu Jarir Ath Thobari, 20/127
Mutmainah Choirul, Konsep
Pendidikan Islam dalam Meningkatkan spiritualitas Anak Menurut Surat Luqman,
(Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2010). h, 78.
Nurwadjah Ahmad, Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan Hati yang selamat Hingga kisah Luqman, ( Bandung:
Marja, 2007), hal. 154.Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan….,
hal. 157
Shalah al-Khalidy, Al-Qur’an
Pelajaran…, hal. 139-140., Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari
Orang-Orang dahulu, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Jilid 3, hal. 133.
Tafsir Ath-Thabari
Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir jalalain
Yusuf Ali Abdullah, Qur’an Terjemahan
dan Tafsirnya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal.1056
[1] Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 89.
[2] Ibid., hal. 90-91.
[3] Ibid.
[4] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Hati yang selamat
Hingga kisah Luqman, ( Bandung: Marja, 2007), hal. 154.
[6] Shalah Al-Khalidy, Kisah-Kisah Al-Qur’an Pelajaran dari
Orang-Orang dahulu, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Jilid 3, hal. 133.
[7] Ibid.
[8] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
disempurnakan),( Jakarta: Kementerian Agama RI, 2010), Jilid VII, hal. 546.
[9] Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan…, hal.93-94.
[10] Shalah al-Khalidy, Al-Qur’an Pelajaran…, hal. 139-140.
[11] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Ygyakarta:
UII Press, 1990), Jilid VII, 1990, hal. 633.
[12] Muhammad Ali Ash-Shabuny,
Cahaya Al-Qur’an: Tafsir Tematik Surat An-Nur-Fathir vol.5, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal.375
[13] Ibid., hal. 376.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[17] Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 534-570.
[18] Choirul Mutmainah, Konsep Pendidikan Islam dalam Meningkatkan
spiritualitas Anak Menurut Surat Luqman, (Tulungagung: STAIN Tulungagung,
2010). h, 78.
[23] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan…., hal. 157
[26] Ibid. hal.537-538
matab ... tapimasih kurang jelas
ReplyDelete