Kelompok I Kelas C
Disusun Oleh : Ahmad Khoiri (1522010033)
Hajarman (1522010031)
Mujib ‘Idil Fitri (1522010031)
Semester : I
(Satu)
Mata Kuliah : Tafsir
Tarbawy
Dosen : Dr. Umi Hijriyah, M.Pd.
Dr. H. Ainul Gani, SH., M.Ag
PRODI
ILMU TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM
PASCA SARJANA IAIN RADEN INTAN
LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Kasih-Nya
tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan
pertolongan Allah swt, kami mampu
menyelesaikan penulisan makalah
tentang “Tujuan Pendidikan
Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 138-139”.
Makalah ini ditulis dengan maksud sebagai bahan
presentasi mata kuliah Tafsir
Tarbawi, dan menjadikan
penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap maksud dari surat ali ‘imran ayat 138-139.
Harapan kami, semoga
setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin
memahami tentang “Tujuan
Pendidikan Tafsir Surat Ali ‘Imran Ayat 138-139”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta
bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala
kekurangan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Bandar Lampung, oktober 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Quran adalah
“Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Rasul, dengan
perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada
kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al-Quran adalah sebagai tata
kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia merupakan tanda kebenaran
Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat manusia maka
diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan riwayat yang
disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
Dalam pembahasan Al-Quran sebagai kumpulan wahyu Allah
SWT, maka kami mencoba membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang
menjelaskan tentang tujuan pendidikan dan sebagai
petunjuk untuk menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang
yang bertaqwa. Agama islam sangat menjunjung tinggi pendidikan, serta tidak
membeda-bedakan pendidikan kepada laki-laki maupun pendidikan kepada wanita. Sebagaimana hadits nabi yang
berbunyi:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةُ عَلَي كُلِّ مُسْلِمِ وَ
مُسْلِمَةِ
Didalam Al-Qur’an juga
banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan, diantaranya surah
Al-Alaq ayat 1-5 menjelaskan kewajiban belajar mengajar, begitu juga pada surah
Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan materi pendidikan. Dari keterangan
hadits dan ayat Al-Quran tersbut dapat kita katakan bahwa didalam islam
pendidikan itu sangat penting.
Dari begitu besarnya perhatian islam terhadap pendidikan, tentu agama islam
memiliki tujuan dan alasan tersendiri terhadap permasalahan tersebut. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan tujuan agama islam menyuruh
umatnya memperhatikan pendidikan.
Dan juga Tafsir surat Al Fath ayat 29 yang menjelaskan tentang pribadi Rasulullah Saw dan
para sahabat beliau. Beliau adalah seorang manusia biasa, hanya saja beliau di
beri wahyu oleh Allah Swt dan menjadi utusan-Nya. Beliau adalah Nabi penutup
dan sekaligus Rasul yang terakhir. Beliau diangkat menjadi utusan Allah itu
tidak untuk dipuji oleh sekalian umatnya, tetapi untuk diikuti kepeminpinannya
dalam urusan beriman kepada Allah, untuk dituruti tuntunannya dalam hal cara
beribadah kepada-Nya, serta untuk dicontoh akhlak dan budi pekertinya dalam
cara bergaul dan bermasyarakat dengan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN
A. Teks Surat Ali Imran Ayat 138-139
#x‹»yd
×b$u‹t Ĩ$¨Y=Ïj9 “Y‰èdur
×psàÏãöqtBur šúüÉ)GßJù=Ïj9
ÇÊÌÑÈ Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur
(#qçRt“øtrB
ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$#
bÎ) OçGYä.
tûüÏZÏB÷s•B ÇÊÌÒÈ
B. Terjemah
Surat Ali Imran Ayat 138-139
“(Al-Qur’an)
ini adalah penjelasan bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang
yang bertakwa (138). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu
bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu (benar-benar) beriman (139).[2]
C. Mufrodat (Kosakata)
(Al-Qur’an) ini adalah
penjelasan bagi manusia
|
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ
|
Petunjuk
|
وَهُدًى
|
dan pengajaran
|
وَمَوْعِظَةٌ
|
bagi orang-orang yang
bertakwa
|
لِلْمُتَّقِينَ
|
dan janganlah kamu
merasa lemah
|
وَلَا تَهِنُوا
|
dan janganlah pula
kamu bersedih hati
|
وَلَا تَحْزَنُوا
|
padahal kamu adalah
orang yang paling tinggi (derajatnya)
|
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن
|
jika kamu (benar-benar) beriman
|
إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
|
E. Tujuan Pendidikan Islam
Muhammad
Abduh menjelaskan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai yakni mencakup aspek kognitif (akal), aspek afektif (moral), dan
spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian yang seimbang, yang tidak
hanya menekankan perkembangan akal, tetapi juga perkembangan spiritual.
Sehubungan dengan itu, Quraish shihab pendidikan islam adalah pencapaian tujuan
yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an yaitu serangkaian upaya yang dilkukan oleh
seorang pendidik dalam membantu anak didik menjalankan fungsinya di muka bumi,
baik pembinaan pada aspek material maupun spiritual.
Dr.
Zakiah Daraja mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam secara keseluruhan,
yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola
takwa, insane kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan
islam itu di harapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan
masyarakatnya serta senagn dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam
dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat
yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia
kini dan akhirat nanti.[3]
Tujuan pendidikan islam mempunyai cakupan yang
sangat luas baik secara material maupun secara spiritual. Pendidikan islam
tidak hanya melihat bahwa pendidikan sebagai upaya mencerdaskan semata
melainkan sejalan dengan konsep islam tentang manusia dan hakikat
eksistensinya. Bahkan pendidikan islam berupaya menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah, perbedaannya adalah kadar
ketaqwaannya sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.
Akhirnya
tujuan pendidikan islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan
berpengetahuan, dan saling menunjang satu sama lainnya. Jikalau tidak, dapat
dinyatakan sebagai kebodohan baru.[4]
F. Penjelasan Tafsir Surat Ali
‘Imran Ayat 138-139
a.
Ali Imran ayat
138
Pada ayat 138 menjelaskan bahwa penuturan yang telah lalu
tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia sekaligus sebagai
petuah dan nasehat bagi orang yang bertakwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini
sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan merupakan hujja atau bukti bagi
orang mukmin dan kafir, orang yang bertakwa atau fasik.[5]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam tafsirnya menjelaskan,
ini (Al-Qur’an) adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang
yang bertakwa karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan
kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan
yang sedang mereka alami. Orang mukmin sejati adalah orang yang mau mengambil
hidayah dari Al-kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatNya,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh firmanNya.[6]
(al-baqara: 2)
y7Ï9ºsŒ
Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw
|=÷ƒu‘ ¡
Ïm‹Ïù ¡
“W‰èd
z`ŠÉ)FßJù=Ïj9
ÇËÈ
Artinya:
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Selain itu Rasulullah bersabda:
عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّةَ نَبِيِّه
“Dari
Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah
meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama
kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah
Nabi.”[7]
Adapun
Ibnu Katsier menjelaskan ×bahwa firman Allah ini adalah penjelasan bagi seluruh
manusia” yakni Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai berbagai
hal, (×psàÏãöqtBur “Y‰èdur) “dan petunjuk serta pelajaran”
yakni di dalam Al-Qur’an itu terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian
dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu pencegahan terhadap
hal-hal yang diharamkan dan perbuatan dosa, dan sabda Rasulullah adalah suatu anjuran agar
kita umat islam tidak boleh meninggalkan Al-Qura an dan As-Sunah.
Sedangkan
menurut Quraish shihab dalam bukunya tafsir al-mishbah menjelaskan ini, yakni
pesan-pesan yang dikandung oleh semua ayat-ayat yang lalu, atau al-Qur’an
secara keseluruhan adalah penerangan yang member keterangan dan menghilangkan kesangsian
serta keraguan bagi seluruh manusia, dan ia juga berfungsi sebagai petunjuk
yang member bimbingan- masa kini dan dating- menuju kearah yang benar serta
peringatan yang halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar bagi
orang-orang yang bertakwa, yang antara lain mampu mengambil hikma dan pelajaran
dari sunnahtullah yang berlaku dalam masyarakat.[8]
Prof.
Hamka dalam tafsirnya juga mengatakan bahwa memperhatikan orang memperoleh
penjelasan, petunjuk, dan pengajaran bagi orang yan bertakwa. Dari sini kita
dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti takwa. Pokok arti, ialah memelihara
(wiqayah). Maksud yang pertama, ialah takwa kepada Allah, memelihara hubungan
dengan Allah SWT dan takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat ini kta bertemu lagi
dengan arti yang lain, yaitu memelihara, menjaga, awas, dan waspada. Maka
dengan demikian takwa kepada Allah SWT tidaklah cukup sekedar dengan ibadat
shalat, berzakat dan berpuasa saja. Tetepi termasuk lagi dalam rangka ketakwaan
ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh. Taat kepada komando
pimpinan, sebab kalau kalah karena tidak ada kewaspadaa, jangan Allah yang
disalahkan, tetapi salahkanlah diri sendiri yang lengah[9]
Al-Qaththan menjelaskan bahwa, dengan mengetahui sejarah
perjalanan manusia dan alam ini, maka dapat diambil pelajaran bahwa manusia
yang berjalan sesuai dengan sunnatullah dia akan selamat dan begitu pula
sebaliknya (al-Qaththan, Juz . 1 h. 223). Dari penjelasannya itu dapat kita ambil
kesimpulan bahwa salah satu tujuan
pendidikan Islam adalah harus dapat mengantarkan peserta didik untuk
berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Sesuai dengan sunnatullah.
b.
Ali Imran ayat 139
Pada
ayat 139 memberitakan bahwa janganlah kalian merasa lemah dalam menghadapi
pertempuran dan hal-hal yang di akibatkan olehnya, seperti membuat persiapan
dan mengatur siasat perang, lantaran luka dan kegagalan dalam perang uhud.
Janganlah kalian bersedih atas orang-orang yang mati selama perang tersebut.
Bagaimana perasaan lemah dan sedih menimpah kalian, sedangkan kalian merupakan
orang-orang yang berada di atas angin. Sunnatullah telah menerapkan pada saat
terdahulu, bahwa akibat yang baik itu bagi oaring-orang yang bertkwa tidak
pernah menyimpang dari sunnahnya.[10]
Hamka
dalam tafsirnya terkait surat al-imran ayat 139 menjelaskan bahwa setelah
perang uhud yang telah menewaskan tujuh puluh Mujahid Fi-Sabilillah, antarnya
Hamzan bin Abdul Muthalib, paman nabi S.a.w sendiri dan nabi S.a.w pun mendapat
luka. Kelihatanlah kelesuhan, lemah semangat, dan dukacita; maka datanglah ayat
ini: angkat mukamu, jangan lemah dan jangan duka cita. Sebab suatu hal masih
ada padamu,modal tunggal yang tidak pernah dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu
iman. Jikalau kamu benar-benar masih mempunyai iman dalam dadamu, kamulah yang
tinggi dan akan tetap tinggi. Sebab iman itulah pandumu menempu zaman depan
yang masih akan mau dihadapi[11]
Adapun Ibnu Katsier
menjelaskan Allah menghibur kaum
muslimin dengan berfirman (#qãZÎgs?wur) “janganlah kamu bersikap lemah”.
Artinya janganlah kalian melemah akibat peristiwa yang telah terjadi itu,
(ûüÏZÏB÷s•BOçGYä.bÎ) tböqn=ôãF{$# NçFRr&ur#qçRt“øtrBwur)
“dan jangan
pula kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang- orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman “ maksudnya, bahwa kesudahan
yang baik dan pertolongan hanya bagi kalian, wahai orang-orang yang beriman.[12]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam
tafsirnya juga menjelaskan sesungguhnya cita-cita orang kafir hanya sesuai
dengan tujuan rendah yang di kerjanya. Tidak demikian halnya dengan tujuan
orang-orang mukmin, yaitu ingin menegakkan mercusuar keadilan di dunia,
mengejar kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Dengan syarat kalian benar-benar
beriman terhadap kebenaran janji Allah yang akan menolong orang-orang yang
menolong Allah. Allah menjadikan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang
bertakwa lagi mau mengikuti sunnahNya dalam tatanan kemasyarakatan ini,
sehingga jadilah sifat tersebut tetap bagi diri kalian, mapan dalam jiwa dan
amal kalian.
Sesungguhnya
Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut
akan menyakitkan seseorang kehilangan semangat. Sebaliknya Allah tidak melarang
hubungan seseoorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan atau
teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan
kegembiraan. Yang dimaksud dengan larangan hal seperti itu adalah mengobati
jiwa dengan cara bekerja, meski dengan cara terpaksa.[13]
Memang
penafsiran para penafsir pada ayat 138-139 surah Al-Imran di atas hanya
sebagian menyinggung permasalahan pendidikan, hal itu dapat dimaklumi karena
para penafsir dalam menafsirkan ayat tersebut mengunakan sudut pandang secara
umum. Namun apabila di dalam memahami ayat tersebut menggunakan sudut pandang
pendidikan maka akan diketahui tujuan pendidikan yang terdapat pada ayat
tersebut.
Adapun dari surah Ali Imran 138 “(Al
Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa” dapat kita ketahui bahwa tujuan pendidikan
disini ialah agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana
Al-Quran lah yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia.
Dan tujuan pendidikan pada ayat 139 “Janganlah kamu bersikap lemah”
yaitu agar manusia menjadi orang yang kuat, sehat jasmani dan rohani, “dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati” yaitu agar manusia bahagia dan tentram
hidup didunia dan diakhirat, kemudian dilanjutkan dengan “padahal kamulah
orang-orang yang paling Tinggi” yaitu agar derajat manusia bertambah
tinggi. Dan kesimpulan tujuan pendidikan yang ada pada ayat 139 ini yaitu agar
manusia menjadi orang yang benar-benar beriman kepada Allah, dengan semakin
tingginya pendidikan yang manusia dapatkan diharapkan manusia tersebut
semakin kuat imannya kepada Allah SWT. Sehingga tujuan pendidikan tidak akan
tercapai apabila seseorang yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi bukannya
bertambah imannya namun imannya semakin berkurang.
Selain itu orang yang mendapatkan pendidikan tidak akan tercapai tujuannya
apabila nantinya tidak menjadi orang yang dapat mengambil pelajaran dari
sejarah, tidak menjadi orang yang jalan hidup yang lurus dan benar, tidak
menjadi orang yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, tidak menjadi orang
bahagia dan tentram hidup di dunia dan di akhirat, tidak menjadi orang yang
derajatnya bertambah tinggi.
G. Ayat Ayat yang berkaitan
a. Al-Alaq ayat 1-5
Didalam
Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan,
diantaranya surah Al-Alaq ayat 1-5 menjelaskan kewajiban belajar mengajar.
Dalam muqodimah surat Al ‘alaq terdri atas 19 ayat, termasuk golaonga ayat
makiyah. Ayatb1-5 dari ayat ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertamakali
diturunkan, yaitu diwaktu nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira’. Surat ini
dinamai “Al ‘Alaq” (segumpal darah), di ambil dari perkataan ‘alaq yang
terdapat pada ayat yang kedua surat ini. Surat ini dinamai juga “Iqra’” atau
“Al-Qolam.
Pokok-pokok
isinya adalah perintah membaca Al-Qur an: Manusia dijadikan dari segumpal darah;
Allah menjadikan Qalam sebagai mengembangkan pengetahuan; manusia bertindak
melampui batas karna mereka merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap
orang-orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan perintah
Allah.
Surat Al ‘alaq menerangkan bahwa Allah menciptakan
manusia dari benda yang hina kemudian memulyaknnya dengan mengajar, membaca,
menulis dan memberinya pengetahuan. Tapi manusia tidak ingat akan asalnya,
karena itu mereka tidak menyukuri nikmat Allah itu, bahkan mereka bertindak
melampaui batas karena melihat dirinya merasa serba cukup.[14]
Di dalam ayat yang
mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaian membaca
dan menulis. Berkata Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya: "Tidak didapat
kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini
di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam
segala cabang dan bahagiannya. Dengan itu mula dibuka segala wahyu yang akan
turun di belakang.[15]
Maka kalau kaum
Muslimin tidak mendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan
jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pembungkus yang menutup
penglihatan mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau merampalkan pintu
yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap, sebab
dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka meraba-raba dalam
kegelapan bodoh, dan kalau ayat pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan hati
mereka, maka tidaklah mereka akan bangun lagi selamalamanya.
"Ar-Razi
menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertama disuruh membaca di
atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan
ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya
seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena,adalah suatu
isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat
difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama
memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan di tiga ayat sesudahnya
mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan
dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun
tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.[16]
Hubungan surat Al ‘alaq denga surat Ali ‘imran
adalah: Surat Ali ‘imran menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dalam surat ini ialah
agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-Quran lah
yang menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia. Sedangkan dalam
surat Al ‘alaq ialah perintah membaca Al-Qur an, manusia dijadikan dari
segumpal darah, Allah menjadikan Qalam sebagai mengembangkan pengetahuan,
manusia bertindak melampui batas karna mereka merasa dirinya serba cukup. Oleh
karena itu di jelaskan dalam surat Ali
imran tentang tujuan pendidikan agar manusia mengetahui jalan hidup yang lurus
dan benar, karena Allah menjadikan Al qur an sebagai penerang jalan hidup
manusia agar tidak berbuat malampaui batas.
b. Luqman ayat 12-19
Begitu juga
pada surah Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan materi pendidikan. Dari keterangan hadits dan ayat Al-Quran
tersbut dapat kita katakan bahwa didalam islam pendidikan itu sangat penting. Berdasarkan susunan mushaf utsman surah Luqman merupakan surah ke
31, terdiri dari 34 ayat, termasuk golongan surah-surah Makiyyah, dan
diturunkan sesudah surah Ash-Shaffaat. Dinamai surah “Luqman” karena
pada ayat 12 disebutkan bahwa “Luqman” telah diberi oleh Allah hikmah,
oleh sebab itu dia bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan itu. Dan
pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya.
Dalam ayat 13, Allah menggabarkan
tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan
nama anaknya Tsaran, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Suhaili dalam
tafsir Ibnu Katsir (Kairo, 2000: 53) agar anaknya tersebut hanya
menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dalam ayat 14 ini materi berbuat baik kepada kedua orang tua
disampaikan melalui anjuran untuk menghayati penderitaan dan susah payah ibunya
selama mengandung. Metode seperti ini merupakan cara memberi pengaruh dengan
menggugah emosi anak didik, sehingga berdampak kuat terhadap perubahan sikap
dan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam ayat 14 dapat diungkap pula makna tujuan manusia
yang terangkum dalam kalimat “ilayyal mashir”, yaitu kembali kepada
kebenaran hakiki dimana sumber kebenaran itu sendiri adalah Allah semata-mata.
Sedang nilai pendidikan yang tersirat
dalam ayat 15 adalah bahwa peran orang tua tua tidaklah segalanya, melainkan
terbatas dengan peraturan dan norma-norma ilahi, berdasarkan firman Allah: “Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..”. Implikasi
pemaknaan tersebut terhadap peran pendidik adalah bahwa pendidik tidak
mendominasi secara mutlak kepada tingkah laku anak didik, tetapi anak didik
didorong untuk aktif mengembangkan kemampuan berfikirnya untuk menyelidiki
nilai yang diberikan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya yang
berlandaskan kepada nilai-nilai ilahiyah.
Dalam ayat 16 tersirat tujuan pendidikan, yaitu
pengarahan kepada perilaku manusia untuk meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang
sia-sia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wasiat Luqman dalam ayat ini
dimaksudkan untuk mengusik perasaan anaknya agar tumbuh keyakinan akan
kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Dalam ayat 17 terdapat materi pendidikan
berupa shalat, yaitu bentuk ibadah ritual yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim dengan cara dan waktu yang telah ditentukan, materi amar ma’ruf
nahyi munkar, yaitu kewajiban setiap muslim untuk mengajak orang lain
berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemungkaran “Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkarmerekalah orang-orang yang beruntung.” (QS
Ali-Imran: 104) dan materi sabar, yaitu menerima dengan lapang dada hal-hal
yang menyakitkan dan menyusahkan serta menahan amarah atas perlakuan kasar.
Dalam Ayat 18 Luqman mengatakan:
“Jangan kamu palingkan wajahmu dari manusia ketika berbicara kepada mereka atau
mereka berbicara denganmu karena merendahkan mereka dan sombong kepada mereka. Akan tetapi berlemah lembutlah kamu, dan tampakkan keramahan wajahmu
pada mereka. Allah
Ta’ala berfirman:“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37).[17]
Kaitan
surat Luqman dengan surat Ali ‘imran adalah keduanya menjelaskan tentang
pendidikan yang mengedepankan ketauhidan terhadap Allah dalam kalimat “dalam
kalimat “ilayyal mashir”, yaitu kembali kepada kebenaran hakiki dimana
sumber kebenaran itu sendiri adalah Allah semata-mata.” Ayat 14 surat
Luqman. Didalam surat Ali ‘imran Ibnu Katsier menjelaskan ×bahwa firman Allah ini
adalah penjelasan bagi seluruh manusia” yakni Al-Qur’an yang di dalamnya
terdapat penjelasan mengenai berbagai hal, (×psàÏãöqtBur “Y‰èdur) “dan petunjuk serta
pelajaran” yakni di dalam Al-Qur’an itu terdapat berita tentang orang-orang
sebelum kalian dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu
pencegahan terhadap hal-hal yang diharamkan dan perbuatan dosa.
c. Al Fath ayat 29
Di
dalam surat Al Fath yang menjelaskan tentang
pribadi Rasulullah Saw dan para sahabat beliau.[18] Bahwa didalam kisah “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang
sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam lnjil,
yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan menegakan amal yang saleh di antara mereka ampunan
dan pabala yang besar”. (QS.
48:29)
Pada ayat ini Allah
menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau.
Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa
rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni
sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang
yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya
terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu
namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka.
Mereka juga ruku’ dan sujud
dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur
serta tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW.
Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang
shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara
hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau dosa.
Ayat ini menerangkan tentang
keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah
dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara
sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat
sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang
ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat
di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam,
kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Kaitannya dengan tujuan
pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan
kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada
Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulannya,
bahwa didalam Surat Ali Imran ayat 138-139 mengandung perintah untuk melakukan
persiapan, menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat
yang benar., di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih
keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, seta dapat mengembalikan
kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa Ahmad Al-Maraghy, op.cit., h. 134
Musthafa Ahmad
Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy jilid 4, (Semarang :Toha
Putra, 1993), h. 132
Al-quran terjemah syaamil qur’an
Hamka
tafsir Al azhar pdf
Hamka, op.cit.,
h. 933
Hamka, Tafsir
Al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983), h. 933
Gani Ali Hasniati, op.cit.,
h. 34
https://miftah19.wordpress.com/2009/05/23/kajian-tentang-ayat-ayat-pendidikan/
Ibid., h. 133
Ibnu Katsir, op.,cit.
h. 149
Malik bin Anas, Al-Muwatha’. Juz V hal.371
uhbiyati Nur, ilmu pendidikan islam, (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 1999), h. 41
Shihab Quraish, Tafsir
al-mishbah, (ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 211
Syeh Az-Zarnuji Kitab Ta’limul muta’alim hal.4
Tafsir Al-‘usyr Al-akhir dari Al-quranul karim juz
28,29,30; www.tafseer.info
Tafsir Al-azhar Buya
Hamka surat Al ‘alaq -pdf
[3] Nur uhbiyati, ilmu pendidikan
islam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1999), h. 41
[4] Hasniati Gani Ali, op.cit.,
h. 34
[5] Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Tafsir
Al-Maraghy jilid 4, (Semarang :Toha Putra, 1993), h. 132
[6] Ibid., h. 133
[7] Malik bin Anas, Al-Muwatha’. Juz V hal.371
[8] Quraish Shihab, Tafsir
al-mishbah, (ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 211
[9] Hamka, Tafsir Al-Azhar,
(Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983), h. 933
[10] Ahmad Musthafa Al-Maraghy, op.cit.,
h. 134
[11] Hamka, op.cit., h. 933
[12] Ibnu Katsir, op.,cit. h. 149
[13] Ahmad Musthafa Al-Maraghy, op.cit.,
h. 134
[17]
https://muaddibinstitute.wordpress.com/2012/01/11/nilai-nilai-pendidikan-dalam-surah-luqman-ayat-12-19/
[18]
https://miftah19.wordpress.com/2009/05/23/kajian-tentang-ayat-ayat-pendidikan/
No comments:
Post a Comment