welcome

WELCOME TO PARA PENCARI ILMU.SITUS INI BERISI TENTANG; ILMU PENGETAHUAN, MAKALAH ILMIAH, ILMU TAJWID, KEISLAMAN, DLL.

Tuesday, March 8, 2016

TUGAS MAKALAH IMPERIUM TURKI USMANI



TUGAS MAKALAH
IMPERIUM TURKI USMANI


Nama                                  : Akhmad Khoiri
NPM                                   : 1522010033
Semester                             : I (Satu)
Mata Kuliah                        : Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Islam
Prodi                                   : PAI
Dosen                                  : Prof. Wan jamaludin, S.Ag., M.Ag., Ph.D.
                                              Dr. Hasan Mukmin, M.A.




  

                                                                                      
Program Pasca Sarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
 Raden Intan Lampung
2015




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
            Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah swt, kami mampu menyelesaikan penulisan makalah tentang Imperium Turki Usmani”. Makalah  ini ditulis dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI, dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap Kurikulum PAI. Harapan kami, semoga setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin memahami tentang Imperium Turki Usmani”.
            Penulis  menyadari bahwa dalam penulisan  makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala kekurangan.

Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh


Bandar Lampung, oktober 2015









BAB I
PENDAHULUAN

            Sejak generasi awal Islam, semua pemimpin berasal dari bangsa Arab. Hingga, kemudian keruntuhan Bani Abasiyyah mengakibatkan kesatuan Muslimin terpecah belah. Sejak itulah muncul kekuatan baru dari tanah Asia, yaitu Turki. Turki Usmani (Ottoman) bukanlah Muslimin dari kalangan Arab, melainkan dari Asia Tengah. Meski demikian, merekalah yang berhasil meneruskan estafet kepemimpinan Islam dari tangan bangsa Arab dan mempersatukan kembali Muslimin di bawah satu panji kekhalifahan.
            Menurut Mahayudin Yahya dan Ahmad Jaelani Halimi dalam Sejarah Islam, sekitar abad ke-13 Masehi muncul kekuatan baru dari barat daya Asia Kecil yang berbangsa Turki. Kemunculan ini menjadi pemimpin umat Islam dari abad 13 hingga 20 Masehi. Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, Turki Usmani merupakan campuran suku-suku Iran di Asia Tengah yang bergerak dari Mongolia menuju Asia Kecil dan berangsur-angsur menggeser posisi Bani Seljuk, sepupu mereka Senada, Badri Yatim dalam Sejarah Peradaban Islam mengatakan, mereka merupakan bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 Masehi, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Adapun kata Usmaniyah (uthmaniyah, uthamanli, Inggris; ottoman), menurut Mahayudin dan Halimi, diambil dari nama penggasas kerajaan, yaitu Usman bin Erthogrul (Erthogril) bin Sulaiman Shah dari suku Qayi (Qayigh). Yakni, salah satu suku cabang dari keturunan Oghus Turki. Suku ini tinggal di perkampungan di Mahan, Asia Minor. Sulaiman Shah beserta pengikut seribu orang berangkat dari sana menuju Anatolia.
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika masuk dalam barisan tentara profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan. Begitu juga masyarakat Turki menekankan pembaharuan-pembaharuan kelompok sekuleris Republik Turki, sehingga masyarakat Turki mempunyai ciri khas ke-Islamannya. Maka di tahun belakangan ini Turki telah memperlihatkan suatu kontras yang menyolok dengan negeri-negeri Islam di Timur Tengah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal usul turki ustmani
Garis keturunan bani utsmani besambung pada kabilah turk maniyah, yang pada permulaan abad ke-7 H atau bertepatan Abad ke-13 M, mendiami Urdistan. akibat serangan orang-orang Mongoliah di bawah pimpinan Jengish Khan ke Irak dan wilayah-wilayah asia kecil, sulaiman, kakek dari utsman melakukan hijrah pada tahun 617 H/1220 M. Bersama-sama dengan kabilahnya dia beranjak meninggalkan Kurdistan menuju Anatolia dan mereka pun menetap di kota Akhlath.
Sulaiman meningal tahun 628 H atau 1230 M. Dia digantikan salah seorang putranya bernama Urtugil yang terus bergerak hingga mencapai barat laut Anatolia[1].
Bangsa turki Utsmani bersal dari keluarga Qabey, salah satu kabilah al-Ghaz al-Turky yang mendiami daerah Turkistan pemimpinnya yang terkenal bernama Sulaiman yang membawa kabilahnya seusai perang Milaz Kurd, mengembara ke asia kecil. Akan tetapi di tengah perjalanan tepatnya di perbatasan Halb, sulaiman meninggal dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang. Rombongan pengembara tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok, kelompok yang kembali pulang dan kelompok yang terus melanjutka perjalanannya. Kelompok yang kedua yang memilih untuk melanjutkan perjalana ini memilih putra sulaiman, yaitu Arthogol. Sesampainya di asia kecil rombongan Arthogol mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang mana saat itu kebetulan sedang berperang dengan Byzantium, maka Arthogol bersama rombongannya bergegas membantu pasukan tentara Alaudin. Berkat bantuan Arthogol dan rombongannya akhirnya pihak Alaudin memenangkan perang tersebut. Sultan Alaudin menghadiahkan sebidang tanah di asia kecil yang berbatasan dengan Byzantium dan dibiarkan memperluas wilayahnya merambah ke wilayah musuh, sejak saat itu mereka membina wilayah dan daerah barunya juga memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya. Pada tahun 1258 M Arthogol dikaruniai seorang putra yang diberi nama Utsman.
Pada tahun 699 H/1299 M. Daulat saljuk lenyap ditaklukan oleh tentara mongol dan pada tahun itu juga Sultan Alaudin meninggal dunia. Dengan demikian utsmanpun segera memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan nama “kesultanan utsmani yang diambil dari namanya sendiri”. Pada kesempatan itu utsman melakukan penaklukan dan peluasan wilayahnya karena gelombang pertama ekspansi Mongol yang dipimpin oleh zainiskhan tidak menimbulkan dampak negatif bagi turki utsmani. Utsman wafat pada tahun 1326 M dan di gantikan anaknya Urkhan, pada tahun pertama dari masa pemerintahannya ia berhasil menaklukan kota broessa dan dapat menduduki kota azmir, menyusul kemudin thawasyanly (1330). Sedang angkara ditaklukan oleh putranya sulaiman, pada tahun 1354 M.[2]

B. Kejayaan sulaiman al-Qanuni, dan muhammad al fatih
 1. Kejayaan sulaiman al-Qanuni
            Sejarah Islam mencatat kiprah dan pejuangannya dengan tinta emas sebagai penguasa muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani Turki itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia – baik di dunia Islam maupun Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.
            Upaya penegakan kembali syariat Islam secara paripurna dan mendunia via Khilafah Islam mungkin sangat asing 10 tahun yang lalu, namun pada masa ini desakan dan kesadaran masyarakat akan perlunya penegakan syariah dan khilafah semakin terasa. Karena itu upaya penyesatan, monsterisasi dan stigmatisasi negatif terhadap syariat Islam dan sistem khilafah pun sekarang sangat marak, intinya membuat ummat Islam takut, tidak percaya terhadap Islam dan sistem dari Allah.
            Salah satunya lewat penyesatan dan penyimpangan kisah tokoh dan pahlawan Islam, salah satunya Sutan Suleyman Al-Qanuni, yang pada masa pemerintahannya, Khilafah Islam mencapai puncak kejayaan baik secara wilayah maupun peradabannya SulIman, pemuncak tahta yang diwariskan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, mengukir sejarah dunia via penaklukkan darat dan lautan. Belgrade, Rhodes, Hungaria, dia taklukkan, dan pasukan lautnya menguasai lautan mediterania sampai lautan Aceh pun dia lindungi Sultan Suliman Al-Qanuni selain perkasa di lapangan perang juga piawai dalam administrasi negara, dia merinci setiap hukum-hukum Islam menjadi praktis dalam penerapannya, karenanya dia dijuluki "Al-Qanuni", yaitu "Sang Pemutus Hukum (berdasar syariat Islam).[3]
            Gelar Al-Qanuni yang melekat pada nama besarnya dianugerahkan atas jasanya dalam menyusun dan mengkaji sistem undang-undang Kesultanan Turki Usmani. Tak hanya menyusun, Sultan Sulaeman pun secara konsisten dan tegas menjalankan undang-undang itu. Sulaiman menerapkan syariah Islamiyah dalam memimpin rakyat yang tersebar di Eropa, Persia, Afrika, serta Asia Tengah. Pantaslah bila Sulaeman dikagumi lawan dan kawan. Ia adalah seorang penguasa kuat yang merakyat. Baginya, setiap rakyat di Kesultanan Usmani memiliki hak yang sama. Tak ada pembedaan pangkat dan derajat. Kebebasan dan toleransi menjalankan kehidupan beragama pun dijunjungnya. Tak heran, jika pada masa kekuasaannya umat Islam serta Yahudi dapat hidup dengan aman dan damai.
            Salah satu upaya penting yang dilakukan Sulaeman agar pemerintahannya kuat dan dicintai rakyat adalah dengan mememilih gubernur yang benar-benar berkualitas. Ia memilih gubernur yang mewakilinya di setiap provinsi dengan selektif dan ketat. Popularitas dan status sosial tak menjadi syarat dalam mencari kandidat gubernur. Agar tak kecolongan, ia sendiri yang turun langsung menyelidiki jejak rekam serta kepribadian setiap calon gubernur.
            Hasilnya sungguh memuaskan. Setiap gubernur yang dipilih dan dilantiknya adalah sosok pemimpin yang besih dan benar-benar berkualitas. Itulah mengapa, wilayah kekuasaan Usmani Turki yang begitu luas bisa bersatu dan tumbuh dengan pesat menjadi sebuah kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia. syariat Islam pun bisa dijalankan dengan baik.
            Sulaiman pun dikenal sebagai pemimpin yang turut memajukan kebudayaan. Ia mencinta seni dan kebudayaan. Selain menduduki tahta kesultanan, Sulaiman pun dikenal sebagai salah seorang penyair yang hebat dalam peradaban Islam. Pada era kekuasaannya, Istanbul – ibukota Usmani Turki menjelma menjadi pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling kreatif dalam sejarah kesultanan Usmani.
            Sulaiman merupakan putera Sultan Salim I. Dia terlahir pada 6 November 1494 M di Trabzon, kawasan pantai Laut Hitam. Sejak kecil, dia sudah didik sang ayah pelajaran dan ilmu seni berperang serta seni berdamai. Menginjak usia tujuh tahun, Sulaiman cilik dikirim ke sekolah Istana Topkapi di Istanbul. Di sekolah itu, dia mempelajari beragam ilmu pengetahuan seperti, sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Meski berdarah ningrat dan putera mahkota sebuah kesultanan yang sangat besar, sejak muda Sulaiman sudah sangat merakyat. Sahabat dekatnya justru adalah seorang budak bernama, Ibrahim. Kelak, sahabatnya itu menjadi penasehat yang amat dipercayainya.[4] Sebelum menduduki tahta kesultanan Usmani, pada usia 17 tahun dia ditunjuk sang ayah untuk menjadi gubernur pertama Provinsi Kaffa (Theodosia). Lalu setelah itu, dia diuji dengan menduduki jabatan Gubernur Sarukhan (Manisa) dan kemudian memimpin masyarakat di Edirne (Adrianople). Delapan hari setelah sang ayah tutup usia, pada 30 September 1520 M, Sulaeman naik tahta menjadi sultan ke-10 Kesultanan Usmani. Seorang utusan dari Venesia, Bartolomeo Contarini dalam catatan perjalanannya ke Istanbul Turki menggambarkan sosok Sultan Sulaiman. Menurut Contarini, saat itu Sulaiman baru berusia 22 tahun. ”Postur tumbuhnya tinggi, tapi kurus dan kuat serta corak kulitnya lembut,” tutur Contarini. Selain itu, sang sultan digambarkan memiliki leher yang sedikit lebih panjang dan wajahnya yang tipis serta hidungnya bengkok seperti paruh rajawali.
            Dia adalah pemimpin yang bijaksana, sangat cinta pada ilmu. Sehingga semua orang berharap banyak dari kepemimpinannya,” imbuh Contarini memuji akhlak Sultan Sulaiman I. Sebagian sejarawan mengklaim pada masa remajanya mengagumi Aleksander Agung. Menurut sejarawan, Sulaiman sangat terpengaruh visi Aleksander dalam membangun sebuah kerajaan yang dapat berkuasa dari Timur hingga Barat.
            Masa pemerintahannya terbilang sangat panjang, jika dibandingkan Sultan-Sultan Ottoman lainnya. Selama berkuasa selama 46 tahun, Sultan Sulaeman begitu banyak mencapai kemenangan dalam berbagai peperangan. Sehingga, wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani terbentang dari Timur ke Barat.
            Kecintaannya pada ilmu pengetahuan diwujudkannya dengan mendirikan Universitas As-Sulaimaniyah. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman pun sempat menulis salinan Alquran dengan tangannya sendiri. Kini, salinan Alquran itu masih tersimpan di Masjid Agung Sulaiman. Sulaiman tutup usia pada usia 71 tahun saat berada di Szgetvar, Hongaria pada tanggal 5 Juni 1566 M. Jasadnya dimakamkan di Masjid Agung Sulaiman yang berada di kota Istanbul, Turki. Kehebatan dan kebaikannya selama memimpin kesultanan Usmani hingga kini tetap dikenang.
 2. kejayaan muhammad al-fatih
Sultan murad II meninggal dunia pada tahun 1451 M. Sebagai penggantinya di lantiklah putranya muhammad al-fattih atau muhammad II.beliau merupakan sultan utsmani ke-7 dalam silsilah keturun keluarga utsma. Muhammad di gelari al-fatih dan abu al-khairat dia memerintah hampir selama 30 tahun, dia memangku kesultanan utsmani setelah ayahnya wafat pada tanggal 16 muharram 855 H. Bertepatan dengan tanggal 18 februari 1451 M. Waktu itu umurnya baru manjelang 20 tahun. Sultan muhammad sendiri memiliki keprbadian yang komplit sebuah pribadi yang menggabngkan antar kekuatan dan keadilan, dia memiliki pengetahuan yang luas. Khusunya dalam bahasa yang ada pada saat itu. Dan pada saat yang sama memiliki kecenderungan yang besar terhadapan buku-buku sejarah. Beliau hafal al-qur’an di usianya yang masih 7 tahun. Beliau tidak pernah meninggalkan sholat rowatib dan tahajud dari sejak baligh, beau bisa memahami 7 bahasa diusia 23 tahun. Menaklukan konstantinopel adalah tujuan utama muhammad al-fattih, salah satu faktornya adalah :
·         Beliau percaya terhadap bisyaroh rasulullah
·         Beliau ingin menjadi pemimpin yang dijanjikan rasulullah
·         Nadzar daripada orang tuanya Murad II
·         Beliau ingin meralisasikan sabda rasulullah yang berbunyi
 لتفتحنّ القسطنطينيّة على يدّ رجل فلنعم الآمير أميرهاولنعم الحيش دلك الحيش"
“pasti ditaklukan konstantinopel sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya”[5]

       a.  Persiapan Penaklukan
            Sultan muhammad II berusaha dengan berbagai cara dan strategi untuk menaklukan konstantinopel, diantaranya denan cara memperkuat kekuatan militer utsmani dengan personil mencapai 250.000 mujahid.[6] jumlah ini merupakan jumlah yang sangat besar jika dibandingkan jumlah tentara dinegara lain saat itu. Semangat moril diperkuat dengan infrastruktur angkatan perang yang mutakhir dan strategi canggih dimana sultan muhammad membangun benteng Romali Hisari diwilayah selatan eropa diselat Bosphorus pada sebuah titim yang paling strategis yang berhadapan dengan benteng yang pernah dibangun dimasa pemerintahan Byayazid didaratan Asia.
Sultan menaruh perhatian khusus untuk mengumpulkan senjata. beliau mengundang seorang insinyur ahli meriam yang bernama Orban. Insinyur ini mampu merakit sebuah meriam yang sangat besar, salah satunya adalah meriam yang memiliki bobot hingga ratusan ton dan membutuhkan ratusan lembu untuk menariknya. Selain itu sultan juga memperhatikan penuh pada penguatan armada laut utsmani yang ditandai dengan diperbanyaknya beragam kapal yang dipergunakan untuk membuka kata itu, menurut literatur sejarah kapal yang sultan prsiapkan berjumlah sekitar 400 kapal. Sebelum melakukan serangan ke kota Konstatinopel, sultan melakukan perjanjian dengan beberapa negara rival, dengan tujuan agar dia bisa berkonsentrasi untuk menghadapi satu musuh. Maka dijalinlah perjanjian dengan negara Galata yang berbatasan dengan Konstatinopel dari arah timur yang dipisahkan dengan Selat Tanduk Emas. Saat gencarnya sultan muhammad mempersiapkan diri melakukan penaklukan ini, kaisar Bizantium dengan mati-matian berusaha untuk mengalihkan perhatian sultan dari target yang dia inginkan.
       b.  Serangan
            Kota konstantinopel di kelilingi autan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat boshporus, marmarah, dan tanduk emas yang dijaga dengan menggunakan rantai yang demikian besar, hingga sangat tidak memungkinkan untuk masuknya kapal kedalamnya. Di samping itu, dari daratan jug di jaga dengan pagar-pagar lapis tiga yang sangat kokoh yang terbentang dari laut  marmarah hingga tanduk emas.
            Sultan pun terus merintis jalan pembuka antara andrianpole dan konstantinople, akhirnya pada hari kamis tanggal 26 rabiul awal 857 h. Bertepatan dengan tanggal 6 april 1453 M maka berkumpullah pasukan utsmani yang berjumlah sekitar 250.000 pasukan. Sultan muhammad berpdato di hadapan mereka dengan berapi-api dan penuh semangat yang memicu pasukan untu berjihad dan meminta kemenangan pada allah atau mati syahid. Peluru-peluru meriam tentara islam tentara islam di luncurkan  dari brbagai arah. Suara menggelegar dari peluru-peluru tersebut . menimbulkan rasa takut yang mencekam dalam dada pasukan byzantium.
Bantuan-bantuan kristen dari eropa tidak pernah berhenti . dari kota genoa italia yang terkenal dengan keahlian dalam membuat kapal-kapal perang yang besar yang dipimpin komandannya Gustian dengan disertai tujuh ratus pasukan suka rela dari negara-negara.[7]
Setelah berhari-hari pertempuran sengit terjadi,  pasukan ustmani belum bisa menembus benteng pertahanan kontantinopel, malahan pasukan islam banyak yang berkurang, sultan hampir putus asa, tapi sang guru sultan syekh aaq syamsuddin, selalu menasihati sultan untuk terus melakukan pertempuran.sultan tampak memiliki pemikiran yang cemerlang yakni memindahkan kapal-kapal dari pangkalannya di bayskatasy ke tanduk emas yang dilakukan dengan menariknya melalui darat antara dua pelabuhan, dalm usaha menjauhkannya dari galata karena khawatir kapal-kapalnya akan mendapat serangan dari arah selatan.  Ditariklah perahu-perahu tersebut dari boshporus ke daratan dengan menggunakan kayu-kayu yang telah di beri minyak.jarak penarikannya sekitar  tiga mil. Dalam waktu satu malam. Malam itu tentara utsmani menarik lebih dari tujuh puluh perahu dan di labuhkan di tanduk emas.
Akhirnya dengan pertolongan allah, pada jam satu pagi, hari selasa , tanggal 20 jumadil ula tahun 857 H. Bertepatan tanggal 29  mei tahun 1453  M. Serangan umum mulai di lancarkan ke konstantinopel setelah di keluarkan komando pada semua mujahidin yang menggemakan takbir orang-orang byzantium dilanda ketakutan yang sangat luar biasa. Mereka segera menabuh lonceg-lonceng gereja dan banyak orang kristen yang sengaja berlindung di dalam gereja. Pada saat itu juga pasukan muslim telah menjebol pertahanan kota dimana-mana kini konstantinpel telah jatuh kekubu kaum mslim, sedangkan kaisar byzantium constantine elah hilang ditelan perang dan tidak ditemukan dimanapun.
       c.  Penaklukan konstantinopel
Ini adalah kisah ketika dunia hanya mengenal dua wilayah, barat dan timur. Ini adalah persaingan antara dua negara Imperium Romawi dan khilafah islam. Ini adalah cerita disaat dunia terpolarisasi menjadi dua bagian, kristen dan islam. Ini adala etik antara dua kekuasaan antara bizantium dan utsmani.[8]
       d.  Sekilas Tentang Konstantinopel
Konstantinopel adalah salah satu kota yang terpenting didunia. Kota ini dibangun pada tahun 330 M. Oleh kaisar byzantium constantine I[9]. Konstantinopelmemiliki posisi yang sangat penting di mata dunia hingga napoleon bona parte mengatakan “andaikata dunia ini berbentuk suatu kerajaan maka konstantinopelah yang cocok ksebagai ibu kotanya”. Konstantinopel di jadika sebagai ibu kota imperium romawi timur, konstantinopel di hiasi diseluruh kota dengan batu porviri dan gedung-gedung marmer di kanan kirinya, di bangun taman-taman lengkap dengan alun-alunnya, konstantinopel juga ibu kota negara kristen yang pertama, setiap monumen religius dihiasi dengan emas dan batu permata. Kota ini dibangun seolah menyerupai surga dengan katedral dan gereja yang jumlahnya lebih banyak daripada hari dalam satu tahun.
Ditengah kota konstantinopel terdapat sebuah bangunan yang paling megah dan besar pada saat itu yang sekaligus menjadi lanmark yaitu gereja Hagia Sophia. Didalam gereja tersebut terdapat emam bertahtakan permta membanjiri mdinding gereja, ratusan lukisan mozaik dan hasil seni lainnya yang membuat orang di dalamnya bagaikan “dihuajani bintang bintang” sebuah masterpiece abad pertengahan yang membuat setiap mata terbelalak, ini tergambar dari deskripsi seorang pengembara rusia yang mengunjunginya “kami tidak tahu, apakah kami berada dsurga ataukah dunia. Karena tidak ada keindahansemacam ini didunia dan kami kehilangan kata untuk menggambarkannya, kami hanya mengetahui bahwa seakan tuhan berjalan disini bersama kami”[10]
C. Ide pembaharuan,sekularisasi, mustafa kemal.
Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876, kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosial dan keagamaan, dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim Parlementer dan kontitusional.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang diketengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism.
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni; nasionalisme, sekularisme dan westernisme.
Pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp  (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam.
            Kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.
            Ketiga, unsur wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapatkan momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
            Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, kerakyatan, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya. Dan jika dilihat dari perkembangan tersebut di atas, Republik Turki adalah negara sekuler. Tetapi meskipun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kemal belumlah negara yang betul-betul sekuler.
Mustafa Kemal sebenarnya seorang nasionalis pengagum barat, yang Islam maju, sebab itu perlu diadakan pembaharuan dalan soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Islam adalah agama rasional dan perlu bagi manusia, tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh ulama-ulama oleh karena itu, usaha sekularisasinya berpusat pada menghilangkan kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Negara harus dipisahkan dari agama.
Dengan pandangan Mustafa Kemal seperti yang disebutkan di atas, maka lahirlah pendapatnya antara lain; Qur’an perlu diterjemahkan kedalam bahasa Turki, azan juga perlu dengan bahasa Turki, khutbah dengan bahasa Turki. Madrasah yang sudah ketinggalan zaman ditutup, diganti fakultas Ilahiyat untuk mendidik imam sholat, khotib-khotib, dan pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan. Akan tetapi prinsif dan pandangan Mustafa Kemal seperti yang telah dikemukakan diatas, tidak serta merta menghilangkan kultur keagamaan sebagai buktinya Mustafa Kemal mendirikan penggantinya yaitu Departemen Urursan Agama. Negara menjamin kebebasan beragama, sehingga sekularisasi yang dijalankan tidak menghilangkan agama. Yang berusaha dihapus adalah kekuasaan ulama dalam soal politik dan negara. Karena Mustafa Kemal berpendapat agama adalah masalah pribadi.
            Mencermati pemikiran yang dikembangkan seorang Mustafa Kemal yang kemudian diaplikasikan sebagai bentuk ide pembaharuan pada kultur Turki adalah sebuah keniscayaan berdasarkan tuntutan situasi dan zaman saat itu. Betapa tidak bahwa Islam yang berkembang sejak abad ke VII di jazirah Arab yang kemudian merambah keluar Arab, didalam perjalananya mengalami gesekan dan pergeseran prinsif dan kepentingan.
Prinsif musyawarah yang menjadi dogma ajaran yang harus dikembangkan dalam rana kehidupan sosial kemasyarakatan termasuk dalam urusan ”bernegara” seperti yang diisyaratkan al-Qur’an :
…. dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imran (3) : 159
Ayat ini mengedepankan prinsif musyawarah yang dapat diasumsikan sebagai salah satu pilar demokrasi dalam urusan bernegara, dimana prinsif ini telah mengalami perobahan sejak beralihnya tampuk kepemipinan dari periode ”Khalifah Rasyidah” kepada Muawiyah ibn Abi Sufyan yang mengawali pendirian pemerintahan ”Dinasti” dimana tahta telah menjadi hak waris bagi keturunan khalifah atau sultan yang berlangsung sampai ratusan tahun.
            Sebagai akumulasi gejolak pemikiran dari para tokoh pembaharu yang mengembangkan ide perubahan khususnya di Turki, yang kemudian diwujudkan oleh seorang Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki Modern. Penulis berpandangan bahwa usaha ini adalah sebuah tindakan dari ide cemerlang untuk mengembalikan dogma prinsif al-Qur’an yang mengedepankan prinsif musyawarah.
Nasionalisme, sekularisme, dan westernisme yang menjadi ciri khas ide pembaharuan Mustafa Kemal adalah sebuah konsekwesi logis dalam rangka membangun tatanan dan corak kultur kehidupan masyarakatnya yang akan didesain sebagai masyarakat modern dalam urusan bernegara, dan tetap menjamin berlangsungnya budaya kehidupan beragama bagi masyarakatnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan didirikannya ”Fakultas Ilahiyat” dan dibentuknya ”Departemen Urusan Agama” dalam pemerintahannya.

1.Kontroversi Pemikiran Mustafa Kemal Attaturk

Dalam khazanah pemikiran politik Islam, nama Mustafa Kemal Attaturk merupakan nama yang melekat erat dengan kata sekularisme. Dalam teori politik yang telah diterapkan oleh Mustafa Kemal di negara Turki yang melakukan sekurarisasi dalam Negara dan dekonstruksi khilafah Islamiyah dengan menghapuskan sistem tersebut melalui Majelis Nasional Agung. Mustafa Kemal yang menyadari perlunya perubahan dan pembaruan dalam negara itu sangat menginginkan terciptanya sebuah negara sekuler. Kalangan Islam garis keras selalu mencemooh dan menghina tindakan Mustafa Kemal yang menurut mereka telah meruntuhkan khilafah Islamiyah.
 “Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah”, beberapa konspirasi mustafa kemal menentang negara dan usaha dalam merebut kekuasaan. Dan sikap arogansi seorang Mustafa Kemal terhadap Islam sebagai seorang yang telah menghancurkan khilafah islamiyah. Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Erick J. Zurcher, gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip: republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Sedangkan beberapa kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :
1.Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924.
2.Undang-undang tentang pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman, tanggal 30 November 1925;
3. Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
4. Undang-undang penggunaan huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November 1928;
5. Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.
Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938.
Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.
            Pada awal tahun 1960-an, teori modernisasi memandang dunia muslim sedang menghadapi pilihan yang tak nyaman: antara “totalitarian neo-Islamis” yang bertujuan “membangkitkan masa lalu”, atau “Islam reformis” yang bertujuan membuka “pintu gerbang air dan terseret oleh banjir besar”. Pandangan yang sangat negatif tentang kemungkinan evaluasi dalam masyarakat muslim mengkhianati kemauan yang sungguh-sungguh dari reformis sekular militan seperti Mustafa Kemal Attaturk.
Mustafa Kemal seorang pembaharu atau penghancur peradaban
Menganalisis sepak terjang perjalanan karier seorang Mustafa kemal dapat tersimpul pendapat bahwa Attaturk adalah seorang pembaharu, dengan ketegasan dan kekerasannya menerapkan prinsif perobahan dalam seluruh dimensi kehidupan rakyat Turki, dari peradaban yang kental dengan corak keislaman menuju peradaban “Modern yang sekuler”tanpa adanya batasan yang jelas antara halal dan haram menurut versi Islam. Pada sisi yang lain, dengan tindakan Mustafa Kemal yang demikian radikal dalam gerakan perubahan yang dilakukannya menyebabkan generasi bangsa Turki kehilangan jejak sejarah peradaban para pendahulunya (nenek moyang bangsa Turki).
Namun demikian penulis tidak ingin terjebak dalam kajian yang tendensius mengarah pada persoalan pro dan kontra tetapi lebih mengedepankan tinjauan yang obyektif, dan akademis. Penulis mencoba bersikap netral dalam pembahasan yang begitu dalam dan penting bagi kemajuan yang telah dirintis oleh Mustafa Kemal Attaturk. Sekian banyak pujian dan tidak sedikit pula hinaan atas diri sang founding father Negara Turki tersebut.
Ide-ide politik yang begitu amat penting yang harus dikaji dan digali agar ide-ide brilliannya tidak mati dimakan usia. Karena pemikirannya banyak mengilhami dunia sampai sekarang. Bahkan seorang soekarno begitu amat mengidolakan sang bapak Turki itu. Konsep yang begitu menarik dalam khazanah ilmu politik, seperangkat ide-ide dan prinsip-prinsip dasar kemalisme yang menjadi misi kemalis di Turki yaitu: Republikanisme, Sekularisme, Nasionalisme, Populalisme, Negaraisme (statism), dan Revolusionisme.
Meskipun pada posisi yang berbeda ditemukan informasi bahwa Mustafa Kemal adalah seorang Yahudi dari sebuah kota di Turki bernama Tesalonika (Yahudi Dumamah). Mustafa merupakan seorang agen atau kaki tangan Yahudi Internasional yang disusupkan ke dalam militer Turki sehingga dia menjadi seorang jenderal untuk menghancurkan kekhalifahan Islam Turki Utsmaniyah yang menolak menyerahkan Al-Quds kepada Zionis-Yahudi. Lewat konspirasi Yahui Internasional inilah, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah akhirnya hancur pada tanggal 3 Maret 1924, hanya 27 tahun setelah Kongres Zionis Internasional pertama.
Mustafa Kemal naik menjadi penguasa dan menghancurkan seluruh kehidupan beragama di Turki dan menggantinya dengan paham sekuler. Mustafa Kamal Ataturk merupakan seorang Mason dari Lodge Nidana. Selama berkuasa, Mustafa Kamal memperlihatkan watak seorang Yahudi asli yang sangat membenci agama.
Pernah suatu hari saat berkuasa, setelah melarang adzan menggunakan bahasa Arab dan hanya diperbolehkan berbahasa Turki, Mustafa Kamal melewati suatu masjid yang masih mempergunakan adzan dengan bahasa Arab, seketika itu juga dirinya merobohkan masjid itu.
Cerita yang lain mengatakan, ketika Mustafa mewajibkan setiap orang Turki memakai topi Barat yang kala itu di Turki lazim dianggap sebagai simbol kekafiran, maka barangsiapa yang tidak mau menuruti perintahnya memakai topi, orang itu akan dihukum gantung . Hasilnya, banyak lelaki Turki yang digantung di tiang-tiang gantungan yang sengaja dibuat di lapangan-lapangan kantor pemerintahannya.
Deislamisasi dan juga terhadap agama lainnya di Turki selama kekuasaan Mustafa Kamal ini benar-benar keterlaluan. Barangsiapa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kejahatan-kejahatan orang yang oleh Barat disebut sebagai ‘Bapak Turki Modern’ ini, ada dua buku karya Dr. Abdullah ‘Azzam yang direkomendasikan yakni ‘Al Manaratul Mafqudah’ (Majalah al Jihad, Pakistan, 1987) dan ‘Hidmul Khilafah wa bina-uha’ (Markaz Asy-Syahid Azzam Al-I’laamii, Pakistan).

2. Nasib Islam di Turki yang Sekuler
Mustafa kemal yang secara radikal menerapkan hukum-hukum sekuler secara dictator dan absolute, sebagai tuntutan undang-undang ketatanegaraan yang telah ditetapkannya berjalan dengan baik tampa suatu hambatan yang berarti. Islam yang telah mengakar sebagai kultur masyarakat oleh masing individu rakyat Turki juga tidak akan lekang, artinya negaranya sekuler dan rakyatnya teramat relegius inilah sebuah keunikan yang ada di Turki hingga saat ini. Islam telah menjadi hak privasi setiap warga masyarakat muslim Turki.









BAB III
KESIMPULAN


Kerajaan Turki usmani di dirikan oleh bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah atau daerah utara Cina. Kemenangan  dalam setiap pertempuran banyak di raih Usman sehingga Sultan pun semakin  bersimpati dan banyak  memberi  hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300 M,  bangsa Mongol menyerang  dan  mengakibatkan Sultan Alauddin II terbunuh  dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris   tahta, Sebab itu  Usman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai  Padisyah Al Usman dalam   kesultanan Usmani.
 Melalui pujangga-pujangga turki Utsmani ini maka perluasan wilayahpun sangat pesat dari semenanjung Balkan daulah Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah Timur sehingga dalam waktu singkat seluruh Persia dan Irak yang dikuasai daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah dapat direbut dan juga kedaerah-daerah lain.
Kemunduran kerajaan Turki Utsmani ini berawal Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah Berkuasa lebih dari  2 setengah  abad. Pada masa pemerintahan Salim II,  Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang di Pimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Usmani Kalah yang mengakibatkan Tunisia dapat di rebut Musuh.
Pada tahun 1342 H / 1923 M khalifah Islamiyah dihapus, lalu turki berganti menjadi republic sekuler. Musthafa kemal menjadi presiden dengna model kepemimpinan dictator. Pemilihannya sebagai peresiden telah dikukan beberapa kali. Namun, ini tidak menyelamatkan rakyat hingga kematianya pada tahun 1357 H / 1938 M.










DAFTAR PUSTAKA


Ali Muhammad ash-shalabi Bangkit dan runtuhnya khilafah utsmaniyah hlm: 103-105
ash-shalabi ali muhammad, bangkit dan runtuhnya khilafah utsmaniyah hal.112-114
Farid beik Muhammah Tarikh ad-daulat al-aliyah al-utsmaniyah hal : 161
http://tv.al-khilafah.org/2015/01/sultan-suleyman-al-qanuni-kejayaan-islam-dan-stigmatisasi-negatif.html
Muhammad al-fatih 1453 felix Y Siauw hlm:14-15
prof. DR. Ahmad Syalabi Sejarah dan kebudayan imperium turki utsmani Hal : 2-4
qiyyam al-daulat al-utsmaniyah hal-26
Said asyur uruba fi al-wustha, , hlm-29


[1] Lihat qiyyam al-daulat al-utsmaniyah hal-26
[2] Sejarah dan kebudayan imperium turki utsmani prof. DR. Ahmad Syalabi Hal : 2-4
[3] http://tv.al-khilafah.org/2015/01/sultan-suleyman-al-qanuni-kejayaan-islam-dan-stigmatisasi-negatif.html
[5] Bangkit dan runtuhnya khilafah utsmaniyah Dr. Ali Muhammad ash-shalabi hlm: 103-105
[6] Tarikh ad-daulat al-aliyah al-utsmaniyah, muhammah farid beik hal : 161
[7] Dr.ash-shalabi ali muhammad, bangkit dan runtuhnya khilafah utsmaniyah hal.112-114
[8] Muhammad al-faih 1453 felix Y Siauw
[9] Lihat uruba fi al-wustha, said asyur, hlm-29
[10] Muhammad al-fatih 1453 felix Y Siauw hlm:14-15

No comments:

Post a Comment