TUGAS UAS MAKALAH
DASAR-DASAR STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
Nama : Akhmad Khoiri
Semester : I (Satu)
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Prodi : PAI
Dosen : Dr.Siti Fatimah, M.Pd
Dr. Subandi, MM.
Program Pasca Sarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan
Lampung
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah swt, kami mampu menyelesaikan penulisan makalah tentang “Dasar-Dasar Studi Manajemen Pendidikan Islam”.
Makalah ini ditulis dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam, dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap Manajemen Pendidikan Islam.
Harapan kami, semoga setelah penulisan makalah ini selesai kami semakin memahami tentang Dasar-Dasar Studi Manajemen Pendidikan Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala kekurangan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
Bandar Lampung, oktober 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi, maka diperlukan pendidikan yang bermutu, berperadaban, efektif dan efisien. Karena SDM yang bermutu hanyalah dapat dibentuk, dikembangkan segala potensi dan kemampuannya melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.
Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan yang amat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Manajemen sistem pendidikan amat penting karena proses penataan sumber daya pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan, kurikulum dan pembelejaran, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta keterlibatan secara terpadu antara pemerintah, sekolah dan masyarakat) perlu dimenej secara professional.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara. Semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Aliyah (MA), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas.
Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib:
الحق بلا نظام يغلبه الباطل بالنظام
”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.
Artinya seluruh sumber daya pendidikan islam yang ada, tidak akan berpengaruh dalam pembangunan SDM yang bermutu, apabila manajemen pendidikannya lemah. Dengan demikian, manajemen pendidikan yang professional merupakan salah satu kunci penting dalam membangun sistem pendidikan Nasional, dengan demikian akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini mengenai Dasar- Dasar Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kerangka Teoritik
1.Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris manageyang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.[1]Sedangkan menurut istilah seperti yang dilakukan Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.[2] Dalam dunia pendidikan, manajemen lebih ditekankan kepadaupaya untuk mempergunakan sumber daya seefektif dan seefisien mungkin.
Allah berfirman:
يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).
Dari isi kandungan ayat di atas, dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah swt telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
2. Pentingnya Studi Manajemen
a. Definisi Manajemen
“Siapakah yang membutuhkan manajemen ?” pertanyaan ini sering dijawab “perusahaan (bisnis)”!. Tentu saja benar sebagian, tetapi tidak lengkap, karena manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan semua tipe organisasi. Dalam praktek, manajemen dibutuhkan dimana saja orang orang bekerja sama (organisasi) untuk mencapai tujuan bersama.
Dilain pihak setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa macam organisasi. Seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer ataupun organisasi perusahaan.
Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan persamaan dasar, walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal. Sebagai contoh, organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola secara lebih formal dibanding kelompok olahraga atau rukun tetangga. Persamaan ini terutama tercermin pada fungsi-fungsi mamajerial yang dijalankan.[3] Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.[4]
Manajemen sebagai seni dalam melaksanakan fungsi dan prinsip manajemen dihadapkan kepada masalah-masalah yang kompleks yang membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin yang dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen sebagai profesi dilandasi oleh nilai-nilai etik organisasi yang membutuhkan keahlian khusus, yang tidak sembarangan orang dapat melakukan pekerjaan manajerial secara professional, seperti yang digariskan dalam kerangka ilmu manajemen pendidikan.
Hersey dan Blandchard (1982:3) mendefinisikan manajemen sebagai proses kerjasama melalui orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi yang diterapkan pada semua bentuk dan jenis organisasi. Gulick (1965), ahli administrasi public Amerika, mengemukakan bahwa manajemen menjadi suatu ilmu jika teori-teorinya mampu menuntun manajer dengan kejelasan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu memungkinkan mereka meramalkan akibat-akibat dari tindakannya. Dalam perjalanannya sebagai suatu manajemen diuji dengan pengalaman. Robert Owen (1800-1828), seorang pionir manajemen personalia modern terkemuka, mengatakan bahwa manajemen perusahaan yang baik menguntungkan bagi sang majikan dan merupakan bagian pokok dari setiap pekerjaan manajer.[5]
Dari uraian di atas menjelaskan bahwa di dalam sebuah organisasi apapun itu pasti membutuhkan manajemen yang baik dalam mengatur organisasiyang dikembangkan oleh suatu perusahaan atau lembaga kecil maupun lembaga besar, formal maupun non formal, guna mencapai tujuan yang diinginkan.
b. Pentingnya Studi Manajemen
Manjemen adalah merupakan alat terpenting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan.[6] Selain itu, manajemen merupakan suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.[7]
3. Dasar-Dasar Manajemen
Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut:
a. Adanya kerja sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal.
b. Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai.
c. Adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur.
d. Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik.
e. Adanya sekelompok orang dan pekerjaaan yang akan dikerjakan.
4. Beberapa Peran Manajer
Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab dan banyak sumber daya organisasi lainnya. Seperti halnya manajemen dapat diketemukan disemua organisasi manusia, manajer ada dalam semua tipe organisasi. Ada banyak tipe manajer dengan tugas-tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.[9]
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Asas-asa kepemimpinan adalah bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.[10]
Selanjutnya, manajer memiliki peranan tertentu dalam menjalankan organisasi. Menurut HenriMintberg seperti dikutip D.Sujana dari Sumidjo bahwa peranan manajer itu ada tiga, yaitu peranan yang bersifat interpersonal, informasional, dan pengambil keputusan.
1. Peranan yang bersifat interpersonal mencakup tiga hal,yaitu sebagai Figur, pemimpin dan penghubung.
2. Peranan manajer yang bersifat, informasial yaitu sebagai Monitor, Desiminator, dan Juru bicara.
3. Peranan manajer sebagai pengambil keputusan mencakup empat subperan , yaitu sebagai entrepreneur, penghadang kesulitan, pengatur sumber, dan wakil organisasi dalam membina hubungan kerja.[11]
B. Konsep Manajemen Pendidikan Islam
1. Pendidikan Islam
Secara etimologis atau kebahasaan, kata ‘pendidikan’ berasal dari kata’didik’ yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Berubah menjadi kata kerja ‘mendidik’ yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai dan diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Istilah ini pertama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu ‘paedagogiek’ yang berarti ilmu menuntun anak anak, dan ‘peadagogia’ adalah pergaulan dengan anak anak, sedang kan orangnya yang menuntun/mendidik anak adalah ‘peadagog’.[12]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan umat manusia tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial), kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan hidup di akhirat. Dalam hal ini, maka kedayagunaan pedidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada pemegang alat tersebut yaitu pendidik.
Pendidikan sebagai usaha pembentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya. Pendidikan islam pada khususnya yang bersumberkan pada nilai-nilai agama Islam disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kearah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.
Yusuf Al-Qardahawi memberikan pengertian bahwa: “pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akhlak dan ketrampilan. Baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkannya untuk masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya”.[13]
Menurut Ibnu Taimiyah,[14] bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbaigai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan apa yang ada dalam Al-Quran dan Assunah. Pribadi yang baik menurutnya adalah pribadi yang sempurna kebribadianya yaitu mereka yang lurus jalan pikiran serta jiwanya, kuat jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah swt.
2. Konsep Pendidikan Islam
Konsep pendidikan Islam ialah bersumber dari hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar, yang selanjutnya berkembang keberbagai tiori yang ada seperti sekarang ini. Inspirasi yaitu dari Al-Quran.
Pendidikan Islam penuh dengan nilai insaniah dan ilahiyah; agama Islam adalah sumber akhlaq, kedudukan akhlaq sangat penting sebagai pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan di bumi. Nilai-nilai ketuhanan harus dikedepankan, pendidikan Islam harus memperhatikan pendidikan akhlak atau nilai dalm setiap pelajaran dari tingkat dasar atau tingkat tertinggi dan mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang sempurna.
Islam dalam ajarannya mengatur barbagai aktivitas kehidupan manusia secara benar, teratur dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat, dan prose-prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal asalan, terutama mengatur masalah pendidikan.[15] Semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efektif dan efesien.
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas suatu objek”, dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.[16]
Dalam kamus bahasa indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses yang ada diluar bahsa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain.[17]
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata manajement yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Sementara John M.Echols dan Hasan Shadily bahwa management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengelola, mengurus, mengatur, melaksanakan,dan memperlakukan.[18]
Ramayulis[19] menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an seperti firman Allah swt:
يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. QS. 32[Al Sajdah]: 5
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah swt telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.[20]
Bila memperhatikan pengertian manajemen di atas maka dapat dipahami bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
C. Prinsip-Prinsip Manajemaen Pendidikan
1. Pengertian prinsip dan manajemen pendidikan
a. Pengertian prinsip
Prinsip adalah pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau programkan.
Prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berfikir, bertindak, dan sebagainya. (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berfikir, bertindak, dan sebagainya. (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Prinsip akan hancur jika ada unsur-unsur luar yang tidak sehaluan dengan tujuannya ikut dicampuradukkan, selalunya unsur tersebut berwujud emosi. Contohnya, seseorang memiliki prinsip menegakkan keadilan walau apapun yang dihadapi, tapi dalam prosesnya, di cemari dengan rasa iba dan kata maaf sehingga hilanglah keadilan, terhentilah prinsip mencari keadilan.
b. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Macam-macam prinsip manajemen pendidikan
Untuk menjamin keberhasilan sebuah usaha maka manajemen haruslah dilaksanakan berdasarkan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih dikenal sebagai prinsip-prinsip manajemen.
Dari sekian banyak prinsip manajemen yang dapat diajarkan dan dipelajari oleh seorang calon manajer, diantaranya yang terpenting adalah:
a. Prinsip Pembagian kerja
Bila sebuah usaha berkembang, maka bertambah pulalah bidang-bidang pekerjaan yang harus ditangani. Maka pembagian kerja diantara semua orang yang bekerja sama dalam suatu usaha tersebut menjadi sangat penting. Di samping pembagian kerja antara atasan dan bawahan (orang yang memimpin dan yang dipimpin). Dalam pembagian kerja perlu diperhatikan penempatan orang-orang yang sesuai dengan keahlian, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya. Tujuan pembagian kerja adalah agar dengan usaha yang sama dapat diperoleh hasil kerja yang terbaik. Pembagian kerja dapat membantu pemusatan tujuan, disamping itu juga merupakan alat terbaik untuk memanfaatkan individu-individu dan kelompok orang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
b. Prinsip Wewenang dan Tanggung Jawab
Setiap orang yang telah diserahi tugas dalam sesuatu bidang pekerjaan tertentu dengan sendirinya memiliki wewenang untuk membantu memperlancar tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi sebaliknya, semua wewenang tentu harus disertai tanggung jawab terhadap atasan atau terhadap tujuan yang hendak dicapai. Antara wewenang dan tanggung jawab harus seimbang, sehingga setiap orang dapat memberikan tanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya.
Tanggung jawab adalah tugas dan fungsi-fungsi atau kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang petugas. Untuk melaksanakan tugas atau tanggung jawab ini kepadanya harus diberikan wewenang, agar kepatuhan dapat diberikan oleh bawahan dan sangsi dapat diberikan kepada bawahan yang tidak memberikan kepatuhan.
c. Prinsip Tertib dan Disiplin
Sebuah usaha yang dilakukan dengan tertib dan disiplin akan dapat meningkatkan kualitas kerja, dan peningkatan kualitas kerja akan pula menaikkan mutu hasil kerja sebuah usaha. Hakekat dari kepatuhan adalah disiplin, yakni melakukan apa yang sudah disetujui bersama antara pimpinan dan petugas atau para pekerja, baik persetujuan yang tertulis, lisan maupun yang berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan-kebiasaan.
d. Prinsip Kesatuan Komando
Di dalam sebuah kapal tidak boleh ada dua nakhoda, demikian pula di dalam sebuah usaha.Untuk setiap tindakan setiap petugas harus menerima perintah dari hanya seorang atasan saja. Bila tidak, berarti wewenang dikurangi, disiplin terancam, ketertiban terganggu, dan stabilitas akan mengalami ujian. Jika perintah datang dari hanya satu sumber, maka setiap orang juga akan tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
e. Prinsip Semangat Kesatuan
Makna peribahasa jawa ‘rukun agawe santosa’ atau persatuan adalah kekuatan telah kita pahami dan laksanakan sejak lama. Hal ini harus dipahami oleh setiap anggota kelompok yang hendak melakukan sebuah usaha bersama. Dengan perkataan lain, dalam sebuah usaha bersama, setiap orang harus memiliki jiwa kesatuan: merasa senasib sepananggungan, dari yang paling atas sampai yang paling bawah. Sebab dengan adanya semangat kesatuan yang teguh maka setiap orang akan bekerja dengan senang dan memudahkan timbulnya inisiatif dan prakarsa untuk memajukan usaha.
f. Prinsip Keadilan dan Kejujuran
Semangat kesatuan hanya dapat dibina jika prinsip keadilan dan kejujuran diterapkan dengan baik sehingga setiap orang dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan setia.
Keadilan dituntut misalnya dalam penempatan tenaga kerja yang harus benar-benar dipertimbangkan berdasarkan pendidikan, pengalaman, dan keahlian seseorang. Misalnya dalam pembagian pendapatan (upah), sesuai dengan berat ringannya pekerjaan dan tanggung jawab seseorang.
Kejujuran dituntut agar masing-masing orang bekerja pertama-tama untuk kepentingan bersama dari usaha yang dilakukan, dan bukan mendahului kepentingan pribadi. Secara ringkas Dr. Awaluddin Djamin, MPA mengatakan bahwa sebuah usaha akan berjalan dengan baik jika dilakukan berdasarkan prinsip KIS, singkatan dari Koordinasi, Integrasi, dan Sinkronisasi.
Menurut prinsip KIS sebuah usaha atau kegiatan itu harus dilakukan dalam bentuk kerjasama, konsultasi, dan kesatuan tindak antara bagian-bagian, baik secara horisontal maupun secara vertikal dan bersifat menyeluruh untuk mencapai keselarasan, kebulatan, dan efisiensi.
Prinsip KIS tersebut dapat dijelaskan satu persatu sebagai berikut.
Koordinasi adalah usaha untuk menghimpun dan sekaligus mengarahkan kegiatan-kegiatan semua sarana atau alat di dalam organisasi (orang, uang, bahan, metoda, dan sebagainya) kepada tujuan oranisasi.
Koordinasi adalah usaha untuk menghimpun dan sekaligus mengarahkan kegiatan-kegiatan semua sarana atau alat di dalam organisasi (orang, uang, bahan, metoda, dan sebagainya) kepada tujuan oranisasi.
Integrasi adalah usaha-usaha untuk menyatukan kegiatan–kegiatan berbagai bagian atau unit dalam suatu organisasi, sehingga merupakan suatu kebulatan pikiran maupun tindakan ke arah satu sasaran atau tujuan.
Sinkronisasi adalah usaha untuk menyelaraskan atau menyesuaikan kegiatan dari berbagai bagian atau unit organisasi, guna tercapainya keserasian atau keharmonisan tindakan dalam menuju sasaran atau tujuan.
Jika manajemen tidak dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen di atas maka besar sekali kemungkinannya akan timbul ‘mismanagement’ (salah urus). Banyak sebab yang dapat menimbulkan lahirnya mismanagement, diantaranya yang terpenting adalah:
a) Belum adanya struktur organisasi yang baik
b) Rencana tidak sesuai dengan kemampuan pelaksanaan
c) Belum adanya keseragaman tentang cara kerja (metoda) dan tata kerja antar bagian
d) Belum adanya kesesuaian pendapat antara pimpinan dengan pimpinan atau antara pimpinan dan bawahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya semua organisasi atau sebuah lembaga baik kecil maupun besar semua membutuhkan pengelolaan atau manajemen yang baik, sehingga organisasi atau lembaga mampu menciptakan prinsip manajemen yang bertujuan membangun kedisiplinan dan mutu yang berkualitas.
Prinsip Manajemen Pendidikan adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berfikir untuk sebuah proses perencanaan, peng-organisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. Banyak sekali para ulama dibidang manajemen yang menyebutkan tentang fungsi-fungsi manajemen diantaranya adalah Ibnu Taimiyah, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbaigai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan apa yang ada dalam Al-Quran dan Assunah.
Pribadi yang baik menurutnya adalah pribadi yang sempurna kebribadianya yaitu mereka yang lurus jalan pikiran serta jiwanya, kuat jiwanya serta sanggup menjalankan perintah Allah swt. Manakala para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua ungkapan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial manusia wajib memiliki ilmu dibidang manajemen karena sahabat Ali mengatakan: ”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus mampu memanaj diri kita terlebih dahulu, mulai dari kebutuhan kecil maupun besar, dan mampu mamanej waktu dengan baik supaya kita semua tidak menjadi orang yang merugi di dunia maupun di akhirat, dan terkhusus dibidang pendidikan Agama Islam.
Penulis mohon saran dan masukannya tetang makalah yang kami tulis dari segi tulisan maupun bahasa yang kurang baik, dan kami mohon maaf jika masih banyak kesalahan dan kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
A.S.Hornby, A.P.Cowie(Ed),AS.Hornby.1990.Oxford Edvanced Dictionary of English. London: Oxford,1974,h.174
Ali,M.,Ibrahim,R.,Sukmadinata.N.S.,dan Rasjidin, W (penyunting) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.P.225.
Al-Qordowi Yusuf, pendidikan islam dan madrasah hasan Al-Bana,terj.Bustami A. Gani dan Abidin Zainal Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h. 157
Didin Hafidhuddin Dan Hendri Tanjung, Syariah; Principles on Manajemen In Practice Jakarta: Gema Insani,2006,h.3-4
Diding, Nurdin. (2007).”Manajemen Pendidikan”, Dalam Handoko T Hani Dosen Fakultas Ekonomi UGM,Manajemen Edisi 2, hal.3.
Handoko T Hani, M.B.A Dosen Fakultas Ekonomi UGM,Manajemen Edisi 2, Hal.17.
Ibid. P.13
Ibid. P.2
John M. Echols dan Hasan Shadily,Kamus Inggri Indonesia,1995, h. 372
Malayu Hasibuan,2009.”Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Bumi Aksara.PP.1-2
Malayu SP. Hasibuan. Op. cit. P.1
Mujamil ,Qomar.”Manajemen Pendidikan Islam” Jakarta: Erlangga. PP.231-232
Ramayulis, Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta, 2008,h.362
Robbin dan Coulter,Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007.Management, 8thEdition. NJ: Prentice Hall.2007, h.8
Rohman Arif, Memahami Pedidikan dan Ilmu Pendidikan.edisi1,cetakn ke-1,januari 2009,hal.5.
Suwito,Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta,2005.hal.87
Tim penyusus Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1989,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai pustaka,, 1989,h. 456
Widiarti dan Suranto. 2009. “Konsep Mutu Dalam Manajemen Pendidikan Vokasi”. Semarang: Sindur Press. P.13
[1] John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia,(Jakarta:PT. Gramedia, 1992), hlm. 372.
[2] T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1995), hlm. 21.
[5]Diding, Nurdin. (2007).”Manajemen Pendidikan”, Dalam
Ali,M.,Ibrahim,R.,Sukmadinata.N.S.,dan Rasjidin, W (penyunting) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.P.225.
[6] Malayu SP. Hasibuan. Op. cit. P.1
[7] Widiarti dan Suranto. 2009. “Konsep Mutu Dalam Manajemen Pendidikan Vokasi”. Semarang: Sindur Press. P.13
[8] Ibid. P.2
[10] Ibid. p.13
[11] Mujamil ,Qomar.”Manajemen Pendidikan Islam” Jakarta: Erlangga. PP.231-232
[13] Yusuf Al-Qordowi, pendidikan islam dan madrasah hasan Al-Bana,terj.Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h. 157
[15] Didin Hafidhuddin Dan Hendri Tanjung, Syariah; Principles on Manajemen In Practice Jakarta: Gema Insani,2006,h.3-4
[16] A.S.Hornby, A.P.Cowie(Ed),AS.Hornby.1990.Oxford Edvanced Dictionary of English. London: Oxford,1974,h.174
[17] Tim penyusus Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1989,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai pustaka,, 1989,h. 456
[19] Ramayulis, Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia,Jakarta, 2008,h.362
[20] Robbin dan Coulter,Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007.Management, 8thEdition. NJ: Prentice Hall.2007, h.8
No comments:
Post a Comment