UJIAN TENGAH
SEMESTER
Nama :
Akhmad Khoiri
NPM :
1522010033
Prodi :
Pendidikan Agama Islam
Semester :
I (Satu)
Mata Kuliah :
Menejemen Pendidikan Islam
Dosen :
Dr. Hj. Siti Patimah, S.Ag. M.Pd.
Dr. H. Subandi, MM.
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN
INTAN
LAMPUNG
2015
Nama : Akhmad Khoiri
NPM : 1522010033
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Semester : I (Satu)
Mata Kuliah : Menejemen Pendidikan Islam
Dosen : Dr. Hj. Siti Patimah, S.Ag. M.Pd.
Dr. H. Subandi, MM.
Soal
1. Ruang lingkup menejemen
pendidikan
2. Peran dan fungsi menejemen
pendidikan
3. Tinjauan filosofi teoritis
tentang menejemen pendidikan
4. Fungsi-fungsi menejemen pendidikan
5. Kepala sekolah sebagai top
lider yang memiliki peran dan fungsi di sekolah
Jawaban
1. Ruang Lingkup Menejemen
Pendidikan
Menurut Dale (1973) manajemen adalah
"mengelola orang-orang, pengambilan keputusan, proses pengorganisasian,
memakai sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.". Terry (1978) mengartikan manajemen dengan "...
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya melalui usaha-usaha orang lain". Sutisna menafsirkan bahwa
"... seorang manajer sebagai orang yang berusaha untuk mencapai
maksud-maksud yang dapat dihitung yang bertalian dengan tujuan-tujuan yang
sistematis bagian, dan administrator sebagai orang-orang yang berihtiar untuk
mencapai maksud-maksud yang tidak dapat dihitung tanpa mengindahkan akibat
akhir dari pencapaian tujuan". [1]
Secara etimologik istilah manajemen diambil dari
bahasa Inggeris, yaitu management, artinya pimpinan, pengurus (Wojosito
dan Puswadarminta, 1978). To manage yang berasal dari magiare (bahasa Italia,
Roma) yang diartikan dengan melatih kuda dalam menindak-nindakkan kakinya atau melangkah.
(Gie, 1978). Dalam bahasa Latin management terdiri atas dua suku kata, yaitu
manus (tangan), agare (pemerintah, melakukan, melaksanaan). Dalam bahasa
Indonesia, istilah manajemen sering diterjemahkan dengan
"kepemiminan", ketatalaksanaan, pengurusan.
Manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya yang kegiatannya banyak
terdapat pada organisasi perusahaan, bisnis kesehatan dan pendidikan. Selanjutnya
Durbin (1990:5) mengemukakan bahwa manajemen sebagai kemudahan khusus dalam
pengetahuan orang banyak secara efektif sesuai dengan tujuan dan pencapaian
hasil secara bersama yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, dapat
dirumuskan bahwa manajemen pendidikan sebagai seluruh proses kegiatan bersama
dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik personal,
material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen dalam
lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan berbagai sumber (manusia, sarana
dan prasarana, serta media pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif
dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Kemudian Engkoswara (1990:126-127) menjelaskan
bahwa konsep administrasi pendidikan sejajar dengan konsep manajemen pendidikan
(pengelolaan pendidikan). Fungsi dan ruang lingkup manajemen pendidikan diuraikan
menjadi: perencana, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan berkaitan dengan
perumusan kebijakan awal sebagai pedoman dalam pelaksanaan.
Pelaksanaan memerlukan pengawasan, karena
pengawasan atau penilaian untuk mengetahui kekurangan atau kesenjangan termasuk
kemajuan yang telah dicapai. Keberhasilan pengelolaan pendidikan memerlukan
beberapa dukungan, terutama dukungan M = SDM (human resources) yang
terdiri dan guru, murid, atasan dan orang tua. Perlunya memiliki proses = sumber
belajar (SB) yang berintikan kurikulum, serta adanya F = WFD (waktu, fasilitas
dan dana) yang dibutuhkan. Kesemuanya itu mendukung upaya mengoptimalkan
tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas. menejemen pendidikan berperanan untuk memberdayakan berbagai
komponen sistem pendidikan, dengan demikian memberdayakan komponen-komponen
sistem pendidikan akan tercapai keberhasilan pendidikan dalam arti; prestasi,
suasana dan ekonomi.
Ruang lingkup atau garapan manajemen pendidikan
menurut Sutisna terdiri atas:
a. Manajemen
merupakan koordinasi kegiatan dalam organisasi pendidikan,
b. Manajemen
merupakan alat untuk mengenai tujuan organisasi pendidikan,
c. Manajemen
menyertakan banyak orang dalam proses pendidikan seperti: peserta didik, guru,
pegawai tata usaha, dan orang tua murid,
d. Partisipasi
guru dan orang lain dalam organisasi pendidikan.[2]
2. Peran dan Fungsi Menejemen
Pendidikan
Fungsi manajemen sebagai suatu
karakteristik dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah
kepada perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam
operasional sekolah.Kerumitan yang meningkat karena luas dan banyaknya program
telah mendorong usaha untuk merinci dan mempraktikkan prosedur administrasi
dengan sistematis.Usaha ini telah menghasilakn uraian tentang praktik-praktik
yang berhasil dan prangkat-prangkat asas yang konstruktif. [3] Kontribusi manajemen pendidikan terhadap keberhasilan dan kegagalan
belajar siswa adalah 32%.Dengan bertumpu pada landasan tersebut, pendidikan
memulai usahanya dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan suatu teori dan
ilmu administrasi pendidikan.
Dalam aflikasinya, peranan manajemen sangatlah
ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi inilah yang menjadi
bagian inti dari manajemen itu sendiri, fungsi –fungsi manajemen menurut
ramayulis adalah sebagai berikut:[4]
a. Perencanaan (Planing).
Perencanaan adalah langkah pertama yang harus
benar-benar dilaksanakan oleh manajerjuga para pengelola pendidikan
Islam, sebab sistem perencanaan yang meliputi tujuan, dan sasaran, serta target
pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi sumber daya yang
dipunyai. Di dalam menetapkan perencanaan perlu diadakan penelitian terlebih
dahulu secara seksama juga akurat. Kesalahan didalam menetukan
perencanaan pada Pendidikan Islam akan berakibat sangatlah fatal bagi
keberlangsungan pendidikan Islam itu sendiri. Perencanaan tersebut harus
tersusun secara rafi dan sisitematis, juga rasional. Agar muncul pemahaman yang
sangat mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.
Pemahaman yang demikian bisa diambil makna yang tersirat dari firman Allah sebagai berikut:
Pemahaman yang demikian bisa diambil makna yang tersirat dari firman Allah sebagai berikut:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah pada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al –Hasyr :18)
Dalam manajemen Pendidikan Islam perencanaan itu
meliputi:
(a) penelitian prioritas agar supaya pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai dgn prioritas kebutuhan supaya melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam proses pendidikan itu. (b) Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil dari pendidikan. (c) Formulasi prosedur sebagai bagian dari tahapan-tahapan rencana tindakan. (d) Penyerahan tanggung jawab baik kpd individu maupun kelompok-kelompok.
(a) penelitian prioritas agar supaya pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai dgn prioritas kebutuhan supaya melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam proses pendidikan itu. (b) Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil dari pendidikan. (c) Formulasi prosedur sebagai bagian dari tahapan-tahapan rencana tindakan. (d) Penyerahan tanggung jawab baik kpd individu maupun kelompok-kelompok.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian darim sistem pendidikan Islam merupakan
implementasi dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pengorganisasian perlu dilihat semua kekuatan serta sumber daya manusia maupun
sumber daya non manusia. Sumber daya manusia ditentukan dalam struktur keorganisasian,
pola tata cara kerja, prosedur, dan iklim organisasi secara transparan. Dengan
demikian dalam aktifitas operasionalnya mampu berjalan dengan teratur juga
sistematis.
Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan Islam akan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi. Adapun prinsip tersebut adalah: (1) kebebasan, (2) keadilan, (3) musyawarah.
Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan Islam akan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi. Adapun prinsip tersebut adalah: (1) kebebasan, (2) keadilan, (3) musyawarah.
c. Penggerakan (actuating)
Penggerakan dalam bidang pendidikan
Islam merupakan suatu upaya untuk memyuguhkan arahan serta bimbingan dan
dorongan kepada seluruh SDM dari personil yang ada di dalam suatu
organisasi mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.
d. Pengawasan
(controlling)
Pengawasan adalah merupakan keseluruhan upaya
pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa semua
kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengawasan dalam manajemen merupakan fungsi yang terakhir dalam sistem
manajemen.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat komplek, pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa kehidupan ini bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan saja, namun merasa langsung diawasi oleh Allah SWT.
Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat komplek, pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa kehidupan ini bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan saja, namun merasa langsung diawasi oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT
ö@è%
bÎ) (#qàÿ÷è? $tB Îû öNà2Írßß¹ ÷rr& çnrßö6è? çmôJn=÷èt ª!$# 3 ãNn=÷ètur $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@à2 &äó_x« ÖÏs% ÇËÒÈ
Katakanlah: "Jikalau kamu
Menyembunyikan apa yang ada didalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah
akan Mengetahuinya". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi ini dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S
Ali Imran : 29)
Sistem pengawasan atau pengendalian dari
sistem manajemen dalam pendidikan Islam adalah tindakan sistematis yang
bisa menjamin bahwa aktivitas operasionalnya bener-benar mengacu pada
perencanaan yang sudah ada. Pengawasan ini bukan
hanya berlangsung ketika proses manajemen pendidikan Islam telah selesai. Akan
tetapi pengawasan ini senantiasa diberlakukan sejak menetukan perencanaan
maupun melaksanakan proses pengorganisasian itu. Hal ini merupakan bagian
pengawasan berlangsung yang senantiasa dilakukan kapanpun dan dimanapun.
3. Tinjauan Filosofi Teoritis
Tentang Menejemen Pendidikan
a.
Filsafat Pendidikan
Menurut Harun Nasution, intisari dari filsafat ialah
berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas dalam artian tidak
terikat pada tradisi, dogma dan agama, dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalan.[5]
Harold Titus mengemukakan beberapa pengertian filsafat sebagai berikut:
Pertama, Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam dan
biasanya di terima secara kritis. Kedua, Filsafat adalah suatu usaha untuk
mendapatkan gambaran secara keseluruhan. Ketiga, Filsafat adalah analisis logis
dari bahan serta penjelasan tentang arti konsep. Keempat, Filsafat adlah proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung
tinggi.
b. Filsafat
dalam masalah pendidikan
Pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia, dan bahkan keduanya adalah proses
yang satu. Seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan.
Segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh
pendidikan baginya.
Contoh
beberapa masalah pendidikan yang memerlukan analisis filsafat dalam memahami
dan memecahkan, antara lain : (1) tentang apakah hakikat pendidikan itu. (2) siapakah
hakekatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan itu, dan dimana tanggung
jawab tersebut. Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga,
masyarakat dan sekolah terhadap pendidikan dan bagai mana tanggung jawab
pendidikan tersebut setelah manusia dewasa dan sebagainya.[6]
c.
Teori manajemen pendidikan
- Teori klasik
Asumsi teori
klasik : bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis,
dan kerja merupakan suatu yang di harapkan.
- Teori neo-klasik
Teori ini
timbul sebagian karna pada para manajer teerhadap berbagai kelemahan dengan
teori klasik.
Asumsi teori
Neo-klasik: Manusia itu adalah mahluk dengan mengaktualisasikan dirinya.
- Teori modern
Pendekatan
modern berdasarkan hal yang sifatnya situasional. artinya orang menyesuaikan
diri dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan.
Asumsi teori
modern: manusia itu berlainan dan berubah, baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya
yang semua bergantung pada lingkungan. Selanjutnya manusia itu bekerja dalam
suatu sistem untuk mencapai tujuan tertentu.
d.
Metode Berpikir Filosofis
dalam Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat
dalam memecahkan problema pendidikan dapat menggunakan metode-metode antara
lain.[7]
- Metode spekulatif dan kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Dalam Islam ini disebut dengan tafakkur. Baik kontemplatif maupun tafakkur, adalah berpikir mendalam dan dalam situasi yang tenang untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang dipikirkan. Dan oleh karenanya berkaitan dengan masalah-masalah yang abstrak, seperti hakikat hidup, iman, takdir, dan sebagainya.
- Pendekatan normatif. Norma atau nilai, juga berarti aturan atau hukum-hukum. Pendekatan normatif dimaksudkan mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata. Objeknya adalah yang berkaitan dengan tingkah laku dan amal perbuatan.
- Analisa konsep, yang disebut analisa bahasa. Konsep berarti tangkapan atau pengertian seseorang terhadap suatu objek. Pengertian seseorang selalu berkaitan dengan bahasa, sebagai alat untuk mengungkapkan pengertian tersebut.
- Pendekatan historis. Yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian di masa lalu. Peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk sdalam membina masa depan. Dengan demikian peristiwa sejarah banyak berguna untuk pendidikan.
- Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual. Usaha mengubah keadaan atau nasib, tidak mungkin bisa terlaksana kalau seseorang tidak memahami permasalahan-permasalahan aktual yang dihadapinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib tersebut. Dan ini merupakan problema pokok filsafat pendidikan.
- Pendekatan komprehensif atau terpadu, yaitu memadukan antara sumber naqli, aqli, dan imani eperti yang dikembangkan oleh al-Ghozali.
- Pendekatan deduktif. Berpikir dengan metode ini dimulai dari realita yang bersifat umum, guna mendapat kesimpulan-kesimpulan tertentu yang khusus.
- Pendekatan induktif. Proses berpikir ini adalah penyelidikan berdasarkan eksperimen yang dimulai dari objek yang khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
4.
Fungsi-Fungsi Menejemen Pendidikan
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi
manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi dan mulai
dikenal dengan teori manajemen klasik. Para ahli manajemen mempunyai perbedaan
pendapat dalam merumuskan proses manajemen sebagaimana prnjelasan berikut:
Menurut skinner, fungsi manajemen meliputi:
Menurut skinner, fungsi manajemen meliputi:
a. Planning,
organizing, staffing, directing and controlling.
b. Steppen P.Robbin, fungsi manajemen meliputi: planning,
organizing, leading, and controlling.
c. Gulick mengedepankan proses manajemen mulai
dari planning, organizing, staffing,directing, coordinating, reporting, dan
budgeting.
d. Fayol yang dikenal sebagai bapak manajemen
ilmiah (scientific Managemen) mengedepankan proses manajemen sebagai berikut: planning,
organizing, commanding, coordinating, controlling.[8]
Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah
dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, para pakar maajemen pada era
sekarang mengabstraksikan proses manajemen menjadi proses yaitu: planning,
organizing, actuating, controlling, (POAC). Dalam hal ini para pakar manajemen
pendidikan Islam merumuskan proses manajemen pendidikan Islam menjadi
perencanaan pendidikan Islam dan pengawasan pendidikan Islam.[9]
5.
Kepala Sekolah Sebagai Top Lider Yang Memiliki
Peran dan Fungsi Di Sekolah
Menurut Siswati peran kepala sekolah
hanya ada dua, yaitu:
a.
Kepala sekolah sebagai Leader
Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin.
Kepala sekolah adalah pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Sebagai leader, kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah adalah:[10]
Pertama, kemampuan membangun visi, misi, dan strategi
lembaga. Visi adalah pandangan ke depan lembaga pendidikan itu mau dibawa
kearah mana. Misi adalah alasan mengapa lembaga tersebut ada, biasanya berdasar
pada nilai-nilai tertentu yang melekat dalam organisasi. Sedangkan strategi
adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam
upaya mencapai visi dan misi yang telah ditentukan tersebut.
Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah
mana lembaga pendidikan itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi
jauh ke depan hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan tugas
sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu
tertentu. Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar tercipta jalan
dan panduan perjalanan lembaga ke depan.
Kedua, sebagai leader, kepala sekolah harus mampu
berperan sebagai innovator, yaitu orang yang terus-menerus membangun dan
mengembangkan berbagai inovasi untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu
yang menandai pergerakan dan kemajuan lembaga pendidikan adalah sebesar dan
sebanyak apa inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap
tahunnya. Jika banyak inovasi dan pembaruan yang dilakukan, maka berarti
terdapat kemajuan yang cukup signifikan. Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak
inovasi yang dilakukan, maka lembaga pendidikan itu lebih banyak jalan di
tempat dan tidak mengalami banyak kemajuan.
Ketiga, kepala sekolah harus mampu membangun
motivasi kerja yang baik bagi seluruh guru, karyawan, dan berbagai pihak yang
terlibat di sekolah. Kemampuan dalam membangun motivasi yang baik akan
membangun produktivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi kerja. Dengan
motivasi yang tinggi, didukung dengan kemampuan guru dan keryawan yang memadai,
akan memacu kenerja lembaga secara keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun
motivasi menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan performa dan produktivitas
kerja.
Keempat, kepala sekolah harus mempunyai
keterampilan melakukan komunikasi, menangani konflik, dan membangun iklim kerja
yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja yang positif
akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika
komunikasi tidak terbangun dengan baik misalnya, akan banyak terjadi kesalah
pahaman baik di antara bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri.
Akibatnya, lembaga pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman untuk
bekerja. Masing-masing orang tidak lagi memperhatikan antara satu dengan yang
lain, masing-masing bekerja secara individual sehingga membuat suasana kerja
tidak nyaman. Jika hal ini terjadi, akan sulit mengharapkan mereka untuk
bekerja lebih keras atau lebih produktif. Lingkungan dan suasana kerja yang
baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja lebih senang dan meningkatkan
tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Kelima, kepala sekolah harus mampu melakukan proses
pengambilan keputusan, dan bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik.
Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan mulai dari proses pengumpulan
informasi, pencarian alternative keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola
akibat ataupun konsekuensi dari peputusan yang telah diambil.
Kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan
pengambilan keputusan secara cepat dan tepat disesuaikan dengan dinamika dan
perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa segera diputuskan dan
dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk berjalan dengan
dinamika yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam
mengambil keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan terganggu dengan
banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan keluar.
Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga
mempunyai keterampilan mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para
bawahan. Delegasi wewenang ini di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala
sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-tugas yang
strategis dan mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-hari kepada
bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan membuat bawahan merasa
dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan bagi mereka.
Sehingga proses operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar.
b.
Kepala Sekolah sebagai Manajer
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus
mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi,
yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya,
keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan
evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara
detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala
sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka
pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek
adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk
satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah
perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan
perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan
yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan
yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what),
siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where),
dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan
menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian.
Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya
manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan,
hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah
satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan
sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya
yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang
dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni
mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa
ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan
kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi
contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu
melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua
perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara
sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan
tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi
supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi
manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan
dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran
adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan
tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus
mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia
mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.[11]
Sedangkan menurut Reisky
Bestary menyatakan beberapa peran
kepala sekolah dalam meningkatkan SDM yaitu sebagai berikut:
1. Kepala
sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum
di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja
akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus
juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kompetensinya.
2.
Kepala sekolah sebagai
manajer
Peran kepala sekolah sebagai manajer pendidikan adalah kemampuan dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan
Sumber daya sekolah serta mendayagunakan seluruh aspek sekolah termasuk guru
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
3.
Kepala sekolah sebagai
administrator
Berkenaan dengan pengelolaan keuangan, tercapainya
peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar
sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan
mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya.
4. Kepala
sekolah sebagai supervisor
Tugas
kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemampuannya menyusun dan
melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya.
Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk
kegiatan ekstra-kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,
laboraturium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan
diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis dan dalam program
supervisi kegiatan ekstra-kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil
supervisi pendidikan diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk
mengembangkan sekolah.
5.
Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Salah satu variabel penting yang
harus dimiliki seorang kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya
adalah kemampuan sebagai leader (pemimpin). Sebagai leader kepala
sekolah harus mampu memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada di
sekolah terkait dengan berbagai program pembelajaran, proses evaluasi,
pengembangan kurikulum, pengelolaan tenaga kependidikan, sarana prasarana,
pelayanan terhadap peserta didik, hubungan dengan masyarakat, sampai pada
penciptaan iklim sekolah yang kondusif.
6.
Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan
memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara
unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu,
dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru
akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan
kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga
dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu
diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik
dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk
memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan[12]
(modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai
Motivator, E. Mulyasa, 2003).
7.
Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan
dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya
dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan
komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap
kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.[13]
Praktek manajemen menunjukkan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen seperti planing,
organizing, actuating, dan controling secara langsung atau tidak langsung
selalu bersangkutan dengan unsure manusia, planning dalam manajemen adalah ciptaan manusia, organizing selain mengatur unsure manusia,
actuating adalah proses menggerakkan manusia-manusia anggota organisasi, sedang
controlling diadakan agar pelaksanaan manajemen.[14]
Ditambahkannya bahwa studi Universitas Ohio di
Amerika Serikat membuat kesimpulan bahwa tugas kewajiban manager sekolah yang
paling penting ialah: (1) menetapkan tujuan-tujuan, (2) membuat kebijaksanaan,
(3) menentukan peranan-peranan, (4) mengkoordinasikan fungsi-fungsi manajemen,
(5) menganalisis efektifitas, (6) menggunakan sumber-sumber pendidikan dari
masyarakat, (7) bekerja dengan kepamimpinan untuk meningkatkan perbaikan dalam
pendidikan. (8) melibatkan orang-orang, (9) melakukan komunikasi.
Selanjutnua Sutisna menambahkan bahwa bidang
garapan sekolah antara lain sebagai berikut;[15]
Pertama, Pengajaran dari kurikulum, yang terdiri
dari: (a) Mempesiapkan perumusan, tujuan-tujuan kurikulum, (b) Mempersiapkan penentuan
isi dan organisasi kurikulum, (c) Menghubungkan kurikulum dengan waktu,
fasilitas fisik dan personil yang tersedia, (d) Mempersiapkan bahan, sumber,
dan perlengkapan bagi program pengajaran, (e) Mempersiapkan program supervisi
pengajaran, (f) Mempersiapkan program pendidikan dalam jabatan bagi para guru.
Kedua, Murid yang terdiri dari: (a) merintis dan
memelihara sistem penghitungan dan kehadiran murid, (b) mempersiapkan program
orientasi bagi para murid, (c) mempersiapkan program bimbingan dan penyuluhan,
(d) mempersiapkan pelayanan kesehatan, (e) mempersiapkan pelayanan administrasi
murid, (f) mempersiapkan pelayanan informasi tentang pekerjaan dan pendidikan,
(g) mempersiapkan pelayanan penempatan pekerja dan pelayanan lanjutan bagi
murid, (h) mengatur prosedur penilaian dan interpretasi pertumbuhan murid
secara konstinue, (i) mengatur tata disiplin murid dan (j) mengembangkan dan
mengkoordinasikan program kegiatan murid.
Ketiga, Kepemimpinan masyarakat sekolah yang
terdiri dari: (a) membantu menciptakan kesempatan bagi masyarakat untuk
mengenal komposisinya, (b) akan melakukan perbaikan melalui penggunaan
sumber-sumber alami dan manusia, (c) menentukan pelayanan-pelayanan pendidikan,
(d) membantu pembuatan dan pelaksanaan rencana-rencana perbaikan kehidupan
masyarakat. (e) menentukan dan membantu jasa yang dapat disediakan oleh sekolah
dalam perbaikan masyarakat bersama dan melalui kerjasama dengan lembaga lain,
dan (f) memungkinkan penulisan secara kontiniu rencana dan kebijaksanaan yang
dapat diterima untuk perbaikan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan
jasa yang diberikan oleh sekolah.
Ke empat, personil sekolah yang terdiri dari: (a)
mempersiapkan rumusan kebijaksanaan personil, (b) mempersiapkan pengambilan
(recrutment) personil, (c) memilih dan menugasi personil, (d) meningkatkan
kesejahteraan personil, (e) mengembangkan sistem pencatatan sipil, (f)
mendorong dan menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan propesional personil.
Ke lima, gedung sekolah yang terdiri dari: (a)
menentukan kebutuhan akan fasilitas fisik sekolah dan sumber-sumber yang dapat
dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan itu, (b) menyusun rencana yang konprehensif
bagi pertumbuhan dan peningkatan fasilitas fisik sekolah, (c) melaksanakan
rencana-rencana bagai pertumbuhan dan peningkatan fisik sekolah, (d) menyusun
program pengeiolaan dan pemeliharaan fasilitas fisik sekolah yang efisien.
Ke enam. angkutan sekolah yang terdiri dari: (a)
menetukan kebutuhan sekolah dan angkutan (lokasi sekolah, jalan dan sebagainya)
bagi pelayanan transportasi, (b) memperoleh per-lengkapan dan perbekalan
melalui cara pembelian dan kontrak yang disetujui, (c) mengatur dan menyediakan
sistem pemeliharaan angkutan sekolah yang efisien, (d) mengatur keamanan murid.
Personil dan perlengkapan, (e) mengembangkan pemahaman dan pemakaian
ketentuan-ketentuan resmi bagi operasi sistem angkutan.
Ke tutjuh, organisasi dan struktur yang terdiri
dari: (a) pembangunan hubungan kerja dengan lembaga-lembaga setempat untuk
menyediakan pelayanan yang diperlukan oleh sistem sekolah, (b) bekerja dengan
Dewan Pendidikan dalam merumuskan kebijakan dan rencana-rencana sekolah, (c)
menugasi unit-unit operasional yang sesuai pada sistem sekolah, (d)
mengembangkan organisasi personil untuk melaksanakan tujuan-tujuan program
sekolah, (e) mengatur kelompok-kelompok profesional dan orang-orang yang bukan
ahli guna pertisipasi dalam perencanaan pendidikan dan kegiatan pendidikan, (f)
mengatur kelompok-kelompok profesional dan orang-orang yang bukan ahli guna
pertisipasi dalam perencanaan pendidikan dan kegiatan pendidikan lainnya.
Ke delapan kuangan sekolah dan tata usaha yang
terdiri dari: (a) mengatur personil tata usaha (b) menentukan sumber keuangan
sekolah, (c) mengatur gaji personil, (d) mempersiapkan anggaran pembiayaan
sekolah, (e) mengelola pembelanjaan modal dan penyelesaian piutang, (f)
mengelola pembelian sekolah. (g) mempertanggung jawabkan keuangan sekolah, (h)
mempertanggungjawabkan harta kekayaan sekolah, (i) menyediakan program asumsi
sekolah (j) menyediakan sistempertanggung jawaban intern.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Firman, Filsafat dan Teori Manajeman Pendidikan.
Djunaedatul dan Tanenji, 2003, Filsafat
Pendidikan; Perspektif Islam dan Umum, Jakarta: UIN
Jakarta Press.
E. Mulyasa, 2006, Menjadi Kepala
Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made, 2004, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta
: Rineka Cipta.
Reisky Bestary, 2014, Peran
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan SDM.
Rohiat, 2009,
Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik.Bandung: PT Refrika Aditama
Siswati Purbayatri, 2009, Kepala Sekolah Sebagai Leader dan Manajer.
Sulistyorini, 2009, Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Suryo subroto, 2010, Manajemen pendidikan di Sekolah,
Jakarta:Rineka Cipta.
Sutisna, Oteng, 1983, Administrasi pendidikan: Dasar teori untuk praktek
profesional. Bandung: Angkasa.
[1] Sutisna,
Oteng, Administrasi pendidikan: Dasar teori untuk praktek profesional. Bandung:
Angkasa, 1983.
[2] Sutisna,
Oteng, Administrasi pendidikan: Dasar teori untuk praktek profesional. Bandung:
Angkasa, 1983.
[4] Suryo subroto, Manajemen pendidikan di Sekolah, (Jakarta:Rineka
Cipta,2010) cet ke-2. Hal 15
[5] Djunaedatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan;
Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003). h. 3
[7] Djunaedatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan;
Perspektif Islam dan Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), cet. 1, h. 15-19.
[8] Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan
Praktik, (Bandung: Refrika Aditama, 2009, 27
[12] Modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala
Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003.
[14] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta :
Rineka Cipta 2004), p,32.
[15] Sutisna, Oteng, Administrasi pendidikan: Dasar teori
untuk praktek profesional. Bandung: Angkasa, 1983.
tulisan arabnya berantangkan...???h
ReplyDeletelebih di perbaii
semangat paak.. ok....
ReplyDelete